Ngaji Kitab Al-Hikam bersama KH. Asep Mukhtar Rifa’i Banjaran : Hikmah ke-49
لا عمل أرجى للقبول من عمل يغيب عنك شهوده ويحتقر منك وجوده
“Tidak ada amal kebajikan yang lebih diharapkan keter-qobul-annya dari amal yang hilang dari penyaksiaanmu dan terhina keberadaannya di sisimu.”
Berbuat kebaikan itu harus seperti buang kotoran. Kamu enggan melihatnya, tak sudi menyaksikannya, bahkan emoh untuk menyebut-sebut dan mengingat-ingat kembali.
Malah, kamu akan merasa malu dan terhina, jika kotoran itu masih saja menempel ditubuhmu.
So, kita yang suka pamer kebajikan, dan membangga-banggakan di depan banyak orang, sejatinya yang kita pamerkan adalah keburukan dan kebusukan kita. Coba perhatikan reaksi orang yang mendengarkannya, pasti enek, kecut, mesem, males. Lo kok begitu? Karena bau dan kotor.
Hal ini berbeda jika kita menyebut kebaikan orang lain atau kita menceritakan keburukan kita. Reaksi orang di sekitar kita cenderung enak dipandang.
Mengapa kebajikan tidak penting untuk disebut-sebut? Karena kita menyadari tidak-adanya peran kita sedikitpun dalam mewujudkan kebaikan itu. Kita ini cuma ngaku-ngaku saja. ‘Ini kerja saya;Ini karya saja.’
Dasar nggak tau malu, muka badak! Siapa ? Pasti Kita.
(10.15/260218)