NU Terjunkan Bantuan untuk Korban Tsunami Banten dan Lampung
Jakarta, NU Online
Bencana tsunami Selat Sunda cukup memporak-porandakan daerah Pandeglang dan Serang di Banten dan di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Nahdlatul Ulam yang telah membentuk Tim NU Peduli Bencana sejak awal bergerak cepat merespon dan memberikan bantuan kepada para korban.
Tim NU Peduli Bencana yang digawangi LPBINU dan LAZISNU menerjunkan sejumlah bantuan yang saat ini dibutuhkan korban. Bantuan-bantuan tersebut langsung didistribusikan oleh tim lapangan setelah melakukan langkah asesmen dan pendirian pos peduli bencana.
“Kami dibantu oleh ratusan anggota Banser di lapangan. Mereka turun melakukan penyisiran dan langkah evakuasi. Kami memberikan bantuan berupa paket makanan, paket hygene kita, pakaian layak, selimut, tenda, dan lain-lain,” ujar Sekretaris NU Care-LAZISNU Abdurrouf Amin, Ahad (23/12).
Menurutnya, distribusi bantuan ini bertahap sesuai hasil asesmen lapangan. Selanjutnya bantuan dikirim ke pos-pos yang didirikan Tim NU Peduli Bencana. Kemudian bantuan diberikan langsung kepada para korban tsunami.
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho terus memberikan data terkait pembaruan jumlah korban akibat terjangan tsunami di Selat Sunda.
Sutopo mengungkapkan, data terkini korban tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung ialah 168 orang meninggal, 750 orang luka-luka, dan 30 orang hilang. Selain itu, Sutopo menyatakan, tsunami ini mengakibatkan 556 rumah rusak, 9 hotel rusak berat, 60 warung rusak, 350 perahu atau kapal rusak. “Data ini keumngkinan akan terus bertambah, mengingat daerah yang terdampak tsunami belum terdata secara final,” terang Sutopo, Ahad (23/12) lewat keterangan persnya.
Dia menjelaskan, tidak ada peringatan dini tsunami susulan dari BMKG. Adanya sirine tsunami di Teluk Labuhan Kecamatan Labuhan Kabupaten Pandeglang yang tiba-tiba bunyi sendiri bukan dari aktivasi BMKG, BPBD.
“Kemungkinan ada kerusakan teknis sehingga bunyi sendiri. Masyarakat mengungsi mendengar sirine,” ungkapnya. (Fathoni)
Sumber : NU Online