Pelepasan Kirab Panji Resolusi Jihad di PWNU Jawa Barat
Pukul 08.00 pagi, PWNU Jawa Barat mengadakan upacara pelepasan Kirab Resolusi Jihad di wilayah Jawa Barat Bandung (16/10). Kirab rencananya akan mengelilingi 27 PCNU Kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat. Kirab Resolusi Jihad ini dalam rangka ikut menyemarakkan dan memperingati puncak Hari Santri Nasional pada tanggal 22 Oktober 2018 yang dipusatkan di Tasikmalaya. Hal ini dilakukan, karena penetapan Hari Santri ini merujuk pada dikeluarkannya Resolusi Jihad para ulama dan tokoh santri pada masa perang kemerdekaan. Presiden RI Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 telah menetapkan bahwa tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
Kirab Resolusi Jihad yang terdiri dari rombongan inti berjumlah 22 orang beserta rombongan lainnya dilepas oleh Wakil Ketua PWNU Jabar KH. Dr. Abu Bakar Siddiq, disaksikan oleh Sekretaris PWNU KH. Asep Saifuddin Abdillah, para wakil sekretaris H Dasuki AS, H Aceng Amrullah, dan Ujang Nurjaman. Rute kirab dari PWNU Jabar menuju PCNU Kota Bandung dan akan berakhir di PCNU Kota Tasikmalaya, untuk mengikuti puncak HSN 2018 di Lapangan Dadaha yang rencananya akan dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo. Prosesi diawali dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Hubbul Wathon, membacakan isi Resolusi Jihad, sambutan oleh Wakil Ketua PWNU Jabar KH. Dr. Abu Bakar Siddiq, do’a dan penyerahan Panji Resolusi Jihad kepada Ketua Rombongan.
Dalam sambutannya, KH. Abu Bakar, menyampaikan bahwa tanggal 22 Oktober 1945 merupakan tanggal ketika Kiai Hasyim Asy’ari mengumumkan fatwanya sebagai Resolusi Jihad. Resolusi Jihad yang dihasilkan dari musyawarah ratusan kiai untuk merespons agresi Belanda kedua. Seruan Resolusi Jihad memiliki pengaruh yang besar dalam menggalang kekuatan umat Islam khususnya untuk berjuang mengangkat senjata melawan kehadiran Belanda setelah proklamasi kemerdekaan. Pesantren-pesantren dan kantor-kantor NU tingkat Cabang dan Ranting segera menjadi markas Hizbullah yang menghimpun terutama pemuda-pemuda santri yang ingin berjuang dengan semangat yang tinggi meski dengan keahlian dan fasilitas persenjataan yang sangat terbatas.
Resolusi Jihad juga memiliki sumbangan besar atas berkobarnya peristiwa 10 November 1945 yang diabadikan sebagai Hari Pahlawan. Bung Tomo, pimpinan laskar BPRI, yang dikenal sebagai penyulut utama peristiwa 10 November diketahui memiliki hubungan yang dekat dengan kalangan kyai dan santri. Disamping telah berkawan baik dengan Wahid Hasyim, tokoh muda NU saat itu, ketika menjelang berkobarnya peristiwa 10 Nopember, Bung Tomo juga sering bertandang ke Pesantren Tebu Ireng, Jombang, untuk menemui dan meminta restu Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari.
KH. Abu Bakar juga berpesan “bahwa Kirab Resolusi Jihad ini penting untuk mengingatkan pada kita semua mengenai salah satu peristiwa nasional yang disumbangkan oleh para ulama dan santri, keterlibatan NU dan pesantren-pesantren dalam mendirikan dan mempertahankan kemerdekaan NKRI. Oleh karena itu, melalui Kirab Resolusi Jihad ini kita mengingatkan pada generasi NU, ulama dan santri khususnya, juga umat Islam pada umumnya kita harus menjaga dan mempertahankannya agar tidak terpecah belah. Bagi NU, demi kemaslahatan nasional, Pancasila dan NKRI sudah final, generasi kita tinggal mengisi kemerdekaan NKRI tersebut untuk membangun bersama-sama demi kesejahteraan bersama bagi seluruh rakyat Indonesia”.