Pengamat Intelijen: Hati-hati, di Tahun Politik Hoaks Semakin Marak
Jakarta, NU Online
Direktur Eksekutif Center of Intelligence and Strategic Studies (CISS) Ngasiman Djoyonegoro, mengungkapkan, ancaman keamanan nasional kini tidak hanya dalam bentuk fisik, namun juga dalam dunia siber. Peperangan yang dulunya identik dengan senjata, peluru, pembunuhan, pengeboman kini telah bergeser seiring dengan perkembangan teknologi.
“Eskalasi sifat, sumber, dimensi serta spektrum ancaman keamanan nasional tentu terus berubah. Ancaman itu bukan hanya berbentuk fisik, namun juga non-fisik, seperti maraknya hoaks yang diproduksi oleh pihak-pihak tertentu,” kata Ngasiman Djoyonegoro saat mengisi Pelatihan Kader Lanjutan (PKL) II Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ciputat, Ahad (4/3) di Balai Pelatihan Kementerian Desa, Ciracas, Jakarta Timur.
Menurut pria yang akrab disapa Simon ini, tahun 2017 lalu ada sekitar 205.502.159 serangan siber di Indonesia. Dari angka itu, hoaks masuk di dalamnya. Kondisi ini merupakan alarm serius karena dua tahun ini merupakan tahun politik, di mana sebanyak 171 daerah akan menggelar pilkada serentak 2018 dan tahun 2019 akan digelar pemilu legislatif dan pemilihan presiden.
“Di tahun politik ini, ancaman hoaks dipastikan marak. Mahasiswa sebagai agen perubahan sosial perlu menjadi motor penggerak melakukan perlawanan terhadap hoaks,” ujar Simon.
Penulis buku Intelijen di Era Digital: Prospek dan Tantangan Membangun Ketahanan Nasional ini menambahkan bahwa ilmu intelijen perlu dipelajari setiap orang, khususnya bagi para mahasiswa. Pasalnya, ilmu intelijen secara lebih luas dapat dipahami sebagai ilmu yang mencari kebenaran data (validasi dan verifikasi). Dalam konteks ini, ilmu intelijen dapat digunakan untuk melawan hoaks yang kini merajalela.
“Selain sebagai seni, intelijen itu sebagai ilmu. Maka intelijen itu harus dapat dipelajari, termasuk dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah,” kata kandidat Doktor Universitas Brawijaya Malang ini.
Sementara itu, Ketua Umum PMII Cabang Ciputat Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa PKL II dimaksudkan sebagai upaya penggemblengan kader PMII Cabang Ciputat dalam rangka memahami tantangan-tantang baru dunia digital.
“Dalam dunia maya, kita dituntut untuk mengimbangi perkembangan teknologi. Sementara dalam dunia nyata, peserta PKL ini dituntut juga memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar,” jelasnya. (Zunus Muhammad)
Sumber : NU Online