Peringatan Harlah NU ke-93 dan Malam Anugrah NU Jabar Award 2018

Jum’at, 1 Februari 2019. Bandung diguyur hujan yang lumayan deras, namun itu tidak menyurutkan langkah para para tamu undangan untuk menghadiri “Peringatan Harlah NU ke-93 & Malam Penganugrahan NU Jabar Award 2018” yang bertempat di kantor PWNU Jawa Barat di jalan Terusan Galunggung, Bandung. Tamu terus berdatangan dari berbagai penjuru Jawa Barat. Tak ayal, lapangan parkir yang luas itu segera penuh sesak dengan kendaraan.
Sedikit mendaki menelusuri anak-anak tangga menuju lantai tiga gedung kantor PWNU Jabar, sampailah di ruangan aula pertemuan yang lega dan sudah mengalami penataan ulang, lebih baik. Ruang sudah penuh tamu undangan yang duduk lesehan, canda ria pecah dimana-mana, maklum selain NU dikenal dengan gudangnya canda, juga menjadi penawar rindu para pengurus organisasi terbesar ini yang biasanya terpisah jarang dan ruang.

Rangkaian acara berlangsung cepat, setelah mengisi perut yang keroncongan, langsung diteruskan dengan sholat Isya berjama’ah dipimpin KH. Cecep Abdullah Syahid, putra KH Q Ahmad Syahid al-Falah Cicalengka. Setelah itu, acara yang bertajuk “Mengokohkan Semangat Keindonesiaan” pun dibuka. Diawali shalawat hingga mahalul qiyam lalu disambung Tholaal Badru, Rois PWNU Jabar KH. M. Nuh Ad-Dawami , Ketua Tanfidziyah PWNU Jabar KH. Hasan Nuri Hidayatullah berserta jajaran, Katib PWNU Jabar, KH. M. Usamah Manshur dan Gubernur Jawa Barat H. M. Ridwan Kamil dan tamu undangan diantaranya KH. Khozin Khumaidi (Pernah menjabat Dubes RI untuk Lebanon) naik ke atas panggung. Sementara ini Banom dan perwakilan PCNU se-Jawa Barat merapihkan barisan.
Lantunan ayat suci al-Quran yang dibawakan oleh KH. Cecep Abdullah Syahid menggema indah, sungguh putra ayahnya, KH Q Ahmad Syahid al-Falah Cicalengka. Setelah itu hadloroh dan tawasul kepada Kanjeng nabi, para sahabat-nya hingga para pendiri Nahdlatul ‘Ulama dipimpin KH. M. Usamah Manshur. Suasana yang penuh khidmat beranjak menghangat dengan semangat nasionalisme dan kecintaan kepada tanah air, seluruh peserta berdiri menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan mars
Syubbanul Wathon (Cinta Tanah Air) diiringi paduan suara MAN 2 Kota Bandung yang berhasi meraih juara kedua lomba seni yang diadakan Lebumi Jawa Barat.

KH. Hasan Nuri Hidayatullah mengisi sambutan pertama dengan memaparkan kembali mengenai prinsip-prinsip dasar NU. Pertama, Sikap Tawassuth dan I’tidal, Kedua, Sikap Tasamuh, Ketiga, Sikap Tawazun, Keempat, Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Disambung laporan ringkas mengenai pencapaian program kerja, keuangan dan sedikit ,diantaranya, memaparkan rencana program kerja PWNU yang akan datang. Serta mengapresiasi kerjasama dengan pemerintah Jawa Barat yang semakin erat.
”Dengan momentum Harlah NU ke 93 sudah selayaknya pengurus NU di Jabar harus lebih mengokohkan ikatan ukhuwah diantara kita, sehingga dalam gerakan dan pemikiran dibawah satu komando demi mewujudkan visi NU saat ini dan mendatang.” Pesannya.

Gubernur Jawa Barat H. M. Ridwan Kamil, selanjutnya memberikan sambutan. Diawali dengan bubuka dalam bahasa arab yang biasa digunakan untuk sambutan mauidhoh hasanah para ajengan dengan fasih. Beliau menyampaikan bahwa waktu 3 bulan, di awal 100 hari menjabat sebagai gubernur Jawa barat, tengah membenahi dan membersihkan dapur internal ke-gubernur-an Jawa barat.
”Seueur bereskeuneun (banyak yang harus dibereskan).” Tegas Mantan Walikota Bandung yang tersohor di Dunia. Beliau juga menyampaikan hasil renungannya, mengapa bangsa lain bisa lebih cepat “lari” nya dibanding dengan bangsa Indonesia. Menurutnya, bangsa Indonesia menjadi lambat karena waktu yang produktif banyak disia-siakan dengan pertengkaran sesama anak bangsa, dan menghabiskan waktu produktif dengan kegiatan yang tidak produktif. Beliau juga bertekad dalam 5 tahun pemerintahannya akan membawa Jawa Barat menjadi provinsi yang baldatun wa robbun ghofur dan masyarakatnya menjadi picontoeun, menjadi contoh, masyarakat lainnya.
Uniknya, dalam kesempatan ini, Kang Emil menyampaikan beberapa pantun yang sarat makna, “Tradisi baru.” Katanya. Apa saja pantunnya ? Tiap bait pantun ditimpali “kaseeepppp”.
Pergi sholat ke mesjid raya
Meminum jamu, isinya jahe
Selamat milad Nahdlatul ‘Ulama
Ngga ada NU Indonesia ini ngga rame
Saya Persib, kamu Persipura
Sudah nasib NU mah selalu juara
Angkat naek fiat, uih naek innova
Titip wiat Jawa Barat, pang jagakeun ke Nahdlatul ‘Ulama
”Berbagai agenda Jabar “Juara” harus diwujudkan demi mencipta kemakmuran, maka kerjasama antara ulama dan Umaro menjadi sebuah kewajiban.” Ujar cucu Muhyiddin atau yang akrab dipanggil Mama Pagelaran yang juga panglima Hisbullah di Kabupaten Purwakarta/Subang pada zaman perjuangan melawan Belanda seangkatan dengan KH. Bisri Musthofa, ayah KH. Musthofa Bisri.

KH. M. Nuh Ad-Dawami , Ketua Tanfidziyah PWNU Jabar dalam mauidhoh hasanah mengaitkan harlah NU dengan nasehat Nabi tentang waktu. Kiai yang mahir menyampaikan nasehat ini pada intinya menyampaikan, kalau NU hari ini lebih baik dari kemarin, maka NU beruntung. Jika lebih jelek dari hari kemarin makan NU celaka. Dan jika tidak ada pergerakkan, stagnan, maka NU mengalami kerugian.
Mengenai hubungan ulama dan umaro, Kiai Nuh dengan ringkas mengibaratkan layaknya ban kendaraan. Ada ban luar dan ban dalam. Ban luar ibarat umaro dan ban dalam ibarat ulama. Ban luar ibarat usaha fisik dan ban dalam ibarat usaha ruhani (do’a). Jika ban luar jelek dan ban dalem juga rusak, mobil tidak akan bisa melaju.
Untuk warga NU, kiai Nuh mengibaratkan, “NU itu didirikan kebetulan pada bulan Rajab, bulan nya kejadian isro dan mi’raj. Isro menggambarkan perjalanan manusia di dunia dan Mi’raj menggambarkan perjalanan manusia ke alam akhirat. Warga NU itu seperti itu.” Ujarnya.
“Ada warga NU yang sudah Isro tapi belum mi’raj. Dunianya maju tapi akhiratnya mandeg” “Ada yang Isro nya mandeg tapi mi’raj nya bagus.” “Ada yang mandeg dua-duanya.” “Ada yang isro dan mi’raj nya bagus” pada bagian ini ruangan riuh-rendah dengan canda tawa karena Kiai Nuh menyampaikan dengan cara yang humoris.
Intinya, kembali lagi, perlu eratnya kerjasama ulama dan umaro agar warga NU ini levelnya menjadi sudah Isro dan Mi’raj.

Setelah sambutan dan mauidhoh hasanah, acara dilanjutkan dengan pembagian penghargaan kepada empat PCNU yang dinilai paling berhasil dalam menggerakkan organisasi dan memenuhi kriteria penilaian dari banyak aspek yang sangat ketat dipandu oleh KH. Deden Kiagus Ahmad ZM. Berikut ini susunan juaranya.
- Juara 1 PCNU Kabupaten Cianjur
- Juara 2 PCNU Kabupaten Sumedang
- Juara 3 PCNU Kabupaten Karawang
- Juara Harapan PCNU Kabupaten Cirebon
Acara dilanjutkan dari Lesbumi Jawa Barat hingga akhir acara ditutup.
Semoga ini merupakan Awal, NU Jabar (PWNU dan PCNU) melakukan konsolidasi menyongsong tantangan Revolusi Industri 5.0 dengan kesiapan kultural (cultural preparedness), kesiapan struktural (structural preparedness) dan kesiapan manajerial (managerial preparedness) yang berpusat pada nilai-nilai kemanusiaan.
Sumber-sumber :
foto & narasi : Santri Noesantara
foto : Facebook Rizal Ahmed
foto : Facebook Izet abu Dzar