PERSPEKTIF HADIS TENTANG LARANGAN TREND BUNUH DIRI
Alma Miftahul Jannah – Banyak sekali kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia. banyak hal yang menyebaban mereka melakukan hal tersebut mereka merupakan orang yang telah sangat berputus asa dan memilih untuk mengakhiri kehidupannya. Dalam islam sendiri bunuh diri. sangat dilarang yang terdapat pada ayat Al quran surah an Nisa ayat 29
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَٰطِلِ إِلَّآ أَن تَكُونَ تِجَٰرَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
Sebagai mukmin seharusnya kita lebih berhati hati dan paham jika kehidupan di dunia hanyalah sementara tetapi mengakhiri sendiri kehidupan di dunia bukan menjadi solusinya karna sesungguhnya hidup dan mati Allah yang mengatur. Allah swt memberikan kita ujian dan cobaan bagi seseorang untuk mengetahui sejauh mana batas kesabaran dan keimanan manusia dan lebih bersabar serta ikhlas Dalam menjalani suatu musibah. islam mendorong individu yang mungkin merasa terjebak Dalam keputusan untuk bunuh diri untuk mencari bantuan,dukungan,dan konseling.
Orang orang di sekitar mereka juga diharapkan untuk memberikan bantuan dan dukungan moral agar individu yang mengalami kesulitan tidak merasa sendirian menghadapi maslah mereka tetapi mereka malahan memilh untuk perputus asa dan mengkakhiri kehidupannya dan meragukan kuasa Allah SWT. Seperti yang telah di ketahui bahwa membunuh orang lain itu termasuk dosa besar maka membunuh diri sendiri itu lebih besar lagi dosanya dan kelak akan mendapatkan konsekuensinya. (Lihat Al-Mawsu’atul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, Kuwait-Darus Salasil, Juz Iii, Halaman 239). Seperti hadis di bawah ini
عَن جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ بِهِ جُرْحٌ، فَجَزِعَ، فَأَخَذَ سِكِّينًا فَحَزَّ بِهَا يَدَهُ، فَمَارَقَأَ الدَّمُ حَتَّى مَاتَ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: بَادَرَنِي عَبْدِي بِنَفْسِهِ، حَرَّمْتُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ
Artinya: Dari Jundub bin Abdullah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, Dahulu ada seorang laki-laki sebelum kamu yang mengalami luka, lalu dia berkeluh kesah, kemudian dia mengambil pisau, lalu dia memotong tangannya. Kemudian darah tidak berhenti mengalir sampai dia mati. Allâh Azza wa Jalla berfirman, “Hamba-Ku mendahului-Ku terhadap dirinya, Aku haramkan surgabaginya.”(HRAl-Bukhari).
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَتَوَجَّأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ شَرِبَ سَمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ يَتَرَدَّى فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدً
Artinya: Barang siapa membunuh dirinya dengan sepotong besi, maka dengan besi yang tergenggam di tangannya itulah dia akan menikam perutnya dalam Neraka Jahanam secara terus-terusan dan dia akan dikekalkan di dalam Neraka. Barang siapa membunuh dirinya dengan meminum racun maka dia akan merasai racun itu dalam Neraka Jahanam secara terus-terusan dan dia akan dikekalkan di dalam Neraka tersebut untuk selama-lamanya. Begitu juga, barang siapa membunuh dirinya dengan terjun dari puncak gunung, maka dia akan terjun ke dalam Neraka Jahanam secara terus-terusan untuk membunuh dirinya dan dia akan dikekalkan dalam Neraka tersebut untuk selama-lamanya.
Bunuh diri dianggap sebagai tindakan yang sangat dilarang . tindakan ini tidak hanya di anggap sebagai dosa besar, tetapi juga berpotensi mengakibatkan siksa di akhirat. Apabila seseorang yang tidak cukup bekal di akhiratnya lalu ia memilih mengakhiri kehidupannya di dunia dengan bunuh diri maka ia meninggalkan masalah yang lebih kecil di dunia lalu menghadapi masalah yang lebih besar dan lebih berat di akhirat.