The news is by your side.

Nilai-Nilai Stoikisme Dalam Hadis Nabi

Mohammad Fadhil Febryansyah – Stoikisme merupakan aliran filsafat yang menekankan bahwa stoikisme mengajarkan manusia untuk menghargai waktu dan menghadapi realitas dengan sungguh-sungguh, sehingga kehidupan menjadi lebih baik dan etis. Menurut Manampiring (2019), aliran filsafat ini masuk kategori filsafat yunani kuno yang dimana mengajarkan cara manusia menggunakan nalar hidup. Meskipun sudah berusia 2000 tahun, filosofi stoikisme tetap relavan dalam kondisi zaman modern. Dalam hal ini stoikisme mengenalkan dua faktor dalam pola pikir manusia diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Maksudnya, kedua faktor tersebut merupakan wujud nyata bahwa apa yang terjadi diluar kendali kita itu sudah merupakan hal yang sudah ditentukan oleh alam, yang kita fokuskan itu hanya apa yang dapat kita kontrol pada diri kita, termasuk dikotomi kendali, premeditatio, malorum, amor fati, memento mori dan prespektif luas.

Disisi lain hubungan antara Hadis Nabi dengan stoikisme keduanya merupakan dua konteks yang berasal dari konteks budaya dan pemikiran yang berbeda. Namun, pada konteks hadis nabi ini merujuk pada perkataan, perbuatan, dan persetujuan yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW dalam Islam. hadis memiliki tujuan untuk memberikan petunjuk dan contoh bagi umat Muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Meskipun keduanya berasal dari tradisi yang berbeda, namun ada beberapa nilai atau prinsip yang mungkin tampak serupa antara stoikisme dan ajaran Islam dalam konteks tertentu. Misalnya, konsep pengendalian diri, ketenangan dalam menghadapi ujian, dan penerimaan terhadap takdir dapat diidentifikasi dalam kedua tradisi tersebut.

Perlu diingat bahwa stoikisme ini merupakan produk dari pemikiran yunani kuno, sedangkan hadis Nabi adalah bagian dari ajaran Islam. Sementara terdapat kesamaan nilai, dan perbedaan mendasar dalam landasan pemikiran dan tujuan akhirnya tetap ada. Diantara nilai-nilai yang memiliki interkoneksinya dengan hadis nabi sebagai berikut: Kendali emosi: mencapai ketenangan pikiran dan kedamaian dalam menghadapi situasi apapun, terlepas dari perubahan yang terjadi di sekitar kita.

Pada poin ini terdapat nilai kesamaan dengan dua hadis nabi yang menjelaskan tentang kesabaran berikut dua hadisnya:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصّبْرُ عِنْدَ أَوَّلِ صَدْمَةٍ

Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Tsabit berkata, Aku mendengar Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah pernah bersabda, sabar itu ada pada saat pertama kali terbentur musibah. (HR. Ahmad 11868 Shahih)

حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ سَعْدٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَا أَجِدُ لَكُمْ رِزْقًا أَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ

Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Syu’aib bin Harb berkata, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Sa’d berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Aslam dari ‘Atho’ bin Yasar dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata, aku mendengar Rasululah SAW bersabda, “Barang siapa berusaha untuk sabar maka Allah akan menjadikannya sabar, barang siapa berusaha untuk kaya maka Allah akan mengkayakannya, barang siapa menjaga diri maka Allah akan memelihara dirinya, dan aku tidak mendapati untuk kalian rezeki yang lebih lapang daripada sabar.

Dari dua hadis diatas tersebut terdapat satu kesamaan dengan nilai stoikisme yang pertama, yakni sabar. Sabar juga termasuk nilai atau suatu sikap menahan emosi dan keinginan serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar juga merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sikap yang mempunyai nilai yang tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya.

Selain berkaitan dengan mengontrol diri, sabar pun juga berkaitan dengan sikap kedua dari stoikisme yakni penerimaan (Acceptance) menerima apa yang tidak dapat diubah dan fokus apa yang dapat dikendalikan. Maksud dari hal yang tidak dapat diubah tersebut merupakan suatu hal yang sudah ditetapkan oleh tuhan dapat juga dikatakan takdir tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa manusia itu pada dasarnya lemah dan tidak akan mempunyai kuasa atas segala hal, namun tuhan memberi cobaan kepada hambanya untuk bersikap sabar dan tetap bijaksana dalam menjalani cobaan-cobaannya.

Dari uraian beberapa poin diatas bisa dikatakan bahwa ada banyak manfaat yang bisa diambil diantara dua dimensi tersebut. Terlepas dari pemikiran para filsuf dengan Nabi Muhammad SAW keduanya sama-sama memilik sisi positif masing-masing, namun yang menjadi pembeda hanya tempo kehadiran istilah atau pemikiran tersebut Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Stoikisme mempunyai interkoneksi dengan nilai-nilai yang ada dalam Hadis Nabi.

Penulis
Mohammad Fadhil Febryansyah

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.