Rais Syuriah PBNU Sampaikan Islam Wasathiyah pada Seminar MUI Kota Depok
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok mengadakan seminar “Upgrading Dakwah Islam Wasathiyah untuk para Pengurus Masjid se-Kota Depok dengan Tema “Implementasi Dakwah Islam Wasathiyah untuk Merajut Ukhuwah, Kesatuan Umat dan Memperkokoh NKRI”” Bertempat di Aula Gedung Dakwah MUI Kota Depok (17/11) Kamis.
“Seminar ini yang kedua kalinya awalnya via Zoom dan saat ini alhamdulillah bisa offline. Kegiatan ini kerjasama dengan MUI Pusat, semoga dapat memberkahi kita semua. Bahwa dakwah Islam wasathiyah untuk memperkokoh ukhuwah Islamiyah khususnya di Kota Depok mudah mudahan semakin kokoh, kuat,”
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ketua Umum MUI Kota Depok KH Ahmad Dimyati BZ Saat sambutannya dihadapan para peserta dari Takmir Masjid se-Kota Depok.
Orang nomor satu dijajaran MUI ini menambahkan bahwa orang yang beriman semua bersaudara, hendaknya perdamaian diutamakan, sebagaimana Hadist Nabi Muhammad Saw.
عن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قال : ” المؤمن للمؤمن كالبنيان ، يشد بعضه بعضاً
Dari Nabi Muhammad Saw bersabda :
“Orang mukmin itu bagi mukmin lainnya seperti bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.(H.R Imam Bukhari, Muslim, dan An Nasa’i)
Kaf litasbih untuk mengumpamakan. Umat islam ini bagaikan bangunan yang saling hormat menghormati menghargai yang diajarkan Rasulullah Saw.
“Semoga seminar ini dapat memberikan pencerahan yang sangat berharga, Semoga para peserta dapat mengikuti hingga akhir,” Tutup Pengasuh Pesantren Modern Darus Sholihin Depok.
Hadir sebagai Keynote Speaker Ketua Bidang Dakwah MUI Pusat KH Muhammad Cholil Nafis Menyatakan bahwa hendaknya masjid mempunyai iman yang jelas, yang dapat berdiam lama di masjid, imannya ikhlas, lurus. Orang yang sholih yang mengurus masjid, membangun sekaligus mengurusnya, memakmurkannya.
“Butuh tekad dan keberanian, masjid menjadi pusat ibadah, halaqoh pendidikan pusatnya juga di masjid, sekolah diawal islam pun menempel di masjid, di Fez di maroko di masjid, awal melahirkan peradaban, penyelesaian masalah, Rihabul masjid tempat musyawarah. Memfungsikan Takmir masjid. Juga sebagai tempat interaksi sosial tempat pemberdayaan ekonomi umat,” Tutur Rais Syuriah PBNU Periode Gus Yahya.
Pimpinan pengasuh Pesantren Cendekia Amanah KH Cholil Nafis juga menyampaikan masjid sebagai sarana media untuk menjaga tradisi kearifan lokal seperti budaya gotong royong di indonesia. Mengentaskan kemiskinan juga bisa diselesaikan.
“Masjid sebagai sarana problem solving, dengan uang terompah dapat menyelesaikan masalah sosial. Semua untuk kemaslahatan umat ini harus dimaksimalkan fungsi masjid. tema Jumatan untuk semangat kerja, Nasionalisme, keshalihan sosial. Masjid menjadi sarana jadi HRD. Masjid mengadakan raker, para khotib jumat memiliki Visi masjid harus jelas. Maka tamir harus mengkomandoi. Tidak hanya habluminallah tapi ada yang dipush terutama manfaat masjid untuk Hablumminannasnya. Untuk salaman bukan bid’ah itu diluar sholat apa yang bid’ahnya, ada sesuai haditsnya. Fiqihnya perlu dimatangkan,” Jelasnya.
Masjid sebagai tempat beribadah kepada Allah Swt. Tugas seorang mukmin memakmurkan, menyatukan jamaah di masjid tersebut.
“Masjid menjadikan jamaah yang satu, jangan tafriq (pecah belah). Jika sudah masuk masjid maka hanya ibadah kepada Allah sajalah. Inhiraf penyimpangan harus diamputasi. mana yang ikhtilaf harus saling memahami harus memahami Tawasut, Tawaran, I’tidal dan ketegasan,” Pungkasnya.
Ketua Komisi Dakwah KH ahmad Jubaidi menyatakan bahwa Dakwah Wasathiyah di masjid menjadi tempat membangun ukhuwah.
Dakwah ada metodologi manhajiyan, menjadi ulama ada prosesnya belajar sepanjang hayat sehingga dengan banyak pengetahuannya tidak mudah menyalah orang. Amal maruf bil maruf nahi mungkar bil maruf ini konsep di MUI.
Kepala Kemenag Kota Depok H Enjat Mujiat menyatakan bahwa beragama dengan jalan tengah (tawasuthiyah). Beragama harus menyeluruh kaffah.
“Negara yang majemuk, potensi gesekannya tinggi, perlu adanya moderasi. Dengan menjalankan Islam wasathiyah mari kita kembalikan masjid kepada fungsi awal, jangan jadikan sebagai media untuk politik praktis, isi dengan pendakwah yang humanis, dakwah wasathiyah, yang rahmatan lil alamin untuk kemajuan bangsa dan negara NKRI,” Jelasnya.
Adapun pemateri terakhir menghadirkan Irjenpol (purn) Hamli, bahwa beragama jangan ke kanan bangat akan ketemu dengan yang Radikal. jangan ke kiri juga sama. Maka mitigasinya adalah di tengah (Wasathiyah)
Semua di agama ada hal yang seperti itu, pendakwah dengan manhaj Wasathiyah sama sama selesaikan.
“Sekali lagi problem di orangnya bukan agamanya, maka dengan Islam Wasathiyah ala Ahlus Sunnah wal Jamaah dengan pemahaman yang kaffah dan bercermin dengan ulama moderat akan terealisasi kedamaian hidup berbangsa dan bernegara,” Pungkasnya.
Hadir pula menyampaikan sambutan Sekretris Umum (Sekum) MUI Kota Depok Dr KH Nurwahidin MA, Maka NKRI akan berdiri tegak dengan pemahaman Islam wasathiyah, tidak ekstrim kanan dan ekstrim kiri, Islam wasathiyah dapat mengantarkan perdamaian.
Agara kegiatan dakwah di masjid mewujudkan terciptanya ukhuwah Islamiyah, Kesatuan umat dan memperkokoh NKRI.
Acara dipandu oleh Ketua Komisi Dakwah MUI Kota Depok H Abdul Ghani dan diakhiri dengan doa oleh ketua Forum Pondok Pesantren Kota Depok KH Bahrudin Toyib. Acara seminar dihadiri oleh pengurus DKM Masjid se-Kota Depok.
Pewarta : Abdul Mun’im Hasan