The news is by your side.

Piagam Madinah Inspirasi Negara Indonesia

Piagam Madinah Inspirasi Negara Indonesia | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa BaratJakarta, NU Online

Persoalan sebagian kelompok  yang menginginkan Indonesia menjadi negara agama (Islam) mendapat perhatian dan pemikiran Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Hery Haryanto Azumi. Perhatian itu di antaranya tertuang saat ia mengisi Peluncuran dan Bedah Buku yang diselenggarakan atas Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) dengan Dokter Bhineka Tunggal Ika (DBTI) Indonesia di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (2/6).

Menurut Hery, Indonesia merupakan negara hasil kesepakatan atau perjanjian (darul ahdi) semua pihak dengan berbagai latar belakang, baik agama maupun suku.

Hal tersebut didasarkan atas pengalaman yang terjadi pada Nabi Muhammad yang berhasil membuat kesepakatan bersama dengan kelompok di luar Islam, yang kemudian disebut dengan Piagam Madinah. “Pengalaman nabi ini dipahami sangat baik oleh founding father (para pendiri bangsa),” ucap pria yang juga menjabat sebagai Sekjen Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) itu.

Nabi Muhammad SAW, sambung Hery, dalam satu riwayat melarang orang membunuh kafir dzimmi (non-muslim yang berada dalam perjanjian kemanan). Ancaman bagi pembunuh yaitu tidak akan mencium bau surga. Hadits tersebut, membuktikan bahwa Nabi Muhammad mengayomi semuanya, termasuk kafir dzimmi atau kelompok minoritas karena terikat dengan perjanjian.

“Inilah dasar teologis bahwa Indonesia adalah sangat islami dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam,” jelasnya.

Oleh karena itu, Hery menegaskan bahwa tidak ada alasan bagi suatu kelompok yang menganggap Indonesia sebagai negara toghut yang wajib diperangi.

Buku Ideologi Kaum Fundamentalis, Menjawab Kegalauan Persoalan Agama dan Negara merupakan karya Anton dan Direktur Eksekutif LKSB Abdul Ghopur. Kegiatan diskusi terselenggara atas keja sama LKSB dan Dokter Bhineka Tunggal Ika (DBTI).

Diskusi dilaksanakan dalam rangka refleksi hari lahir Pancasila. Selain Heri Haryanto Azumi turut hadir Anggota Komisi II DPR RI H Yanuar Prihatin, Aktivis 1998 Ulung Rusman, dan Tokoh Pergerakan H Sudarto. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)

Sumber : NU Online

Leave A Reply

Your email address will not be published.