Pimpinan Taliban Bertolak ke Indonesia, Bahas Perdamaian dengan Afghanistan
Jakarta, NU Online
Delegasi Taliban yang dipimpin wakil pemimpin Mullah Abdul Ghani Baradar berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pertemuan ulama internasional. Delegasi yang terdiri dari delapan orang itu bertolak ke Indonesia dari Qatar, Jumat (26/7) . Dilaporkan, delegasi Taliban itu sempat bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Sabtu, 27 Juli lalu. “Mereka (delegasi Taliban) diterima secara informal oleh pak Wapres pada Sabtu lalu,” kata juru bicara Kemlu RI, Teuku Faizasyah, diberitakan CNNIndonesia.com, Senin (29/7).
Juru bicara Taliban Zabihulllah Mujahed menjelaskan, pada pertemuan itu Taliban juga akan membahas perdamaian dengan pemerintah Afghanistan.
“Selama perjalanan ini, pembicaraan akan berkisar pada hubungan politik yang baik antara kedua negara, perdamaian dan pentingnya kerja sama masa depan dengan Afghanistan,” kata Mujahed, diberitakan Anadolu Agency, Ahad (28/7).
Acara Konferensi Ulama dan Cendekiawan Muslim yang dihadiri delegasi dari Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia rencananya digelar di Jakarta akhir bulan ini.
Dewan Keamanan Nasional Afghanista menyebut, selama perjalan pihaknya telah membahas banyak hal tentang kemitraannya dengan Indonesia. Mulai dari proses perdamaian, konferensi ulama, hingga dialog perempuan Indonesia.
Kepastian kehadiran delegasi Taliban dalam konferensi tersebut menjadi jawaban atas dukungan yang terus ditawarkan pemerintah dan para cendekiawan Islam dari Indonesia.
Sebelumnya, pemerintah Afghanistan dan delegasi Taliban menggelar perundingan di Doha, Qatar, awal Juli lalu. Dalam pertemuan itu, pemerintah Afghanistan dan pihak Taliban sepakat untuk mengurangi kekerasan dan mengurangi jumlah korban sipil dalam konflik.
Setelah pertemuan, kedua belah pihak membuat pernyataan bersama. Dalam pernyataan itu, Taliban sepakat untuk menghentikan serangan ke ‘pusat keagamaan, sekolah, rumah sakit, pusat pendidikan, pasar, bendungan air dan tempat kerja.’ Mereka juga sepakat untuk memberikan jaminan atas ‘hak-hak perempuan dalam urusan politik, sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam konteks nilai-nilai Islam.’
“Ini bukan perjanjian, ini adalah dasar untuk memulai diskusi. Bagian yang baik adalah bahwa kedua belah pihak sepakat,” kata Mary Akrami, direktur eksekutif Jaringan Wanita Afghanistan yang ikut dalam perundingan tersebut, dikutip France24.
Proses perundingan diprakarsai oleh Qatar dan Jerman. Ada sekitar 70 delegasi yang hadir dalam pertemuan tersebut, termasuk di antaranya kelompok masyarakat sipil dan perempuan Afghanistan.
Meski sedang dalam perundingan damai, kelompok Taliban di Afghanistan tetap melakukan serangan terhadap pemerintah Afghanistan. Serangan terbaru terjadi pada Kamis, (25/7) lalu, dimana ada tiga bom yang meledak di ibu kota Afghanistan itu. Akibat dari insiden itu, dilaporkan sedikitnya 12 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Kelompok militan Afghanistan, Taliban, mengklaim bertanggung jawab atas salah satu bom bunuh diri di Kabul tersebut, namun membantah terlibat dalam dua ledakan lainnya.
Beberapa pengamat menilai, pihak Taliban sengaja meningkatkan serangan untuk mendapatkan pengaruh yang lebih besar dalam perundingan dengan pemerintah Afghanistan. (Red: Muchlishon)
Sumber : NU Online