Pusat Studi Pesantren: Kiai dan Nyai Perlu Aktif di Media Sosial
Cilacap, NU OnlinePenggunaan media sosial sebagai garda terdepan dalam komunikasi model baru, tidak lagi sekadar jadi kanal menyampaikan pesan dan menyerap informasi, tetapi lebih jauh berperan dalam mempengaruhi persepsi dan perilaku publik, menjadi landasan pengambilan keputusan institusi, dan turut andil dalam pengembangan kesadaran kolektif.
Perkembangan teknologi informasi yang terus merambah ke berbagai lini kehidupan masyarakat menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren.
Pendiri Pusat Studi Pesantren (PSP) Ahmad Ubaidillah, mengungkapkan penggunaan media sosial juga perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
“Sebagai orang pesantren hal itu perlu kita sikapi,” tegasnya di acara pembukaan halaqoh Menggerakkan Literasi Digital Pesantren di Hotel Whizz Cilacap, Jawa Tengah, Kamis,(14/3) sore.
Media sosial, lanjut pria yang akrab disapa Kang Ubed ini, justru lebih banyak dikuasai oleh orang-orang yang kapasitas keilmuan agamanya terbatas. Jumlah mereka sedikit tapi mereka begitu berisik di dunia maya.
“Halaqoh ini digelar agar pesantren berbunyi nyaring ke khalayak ramai,” jelasnya.
Melalui gerakan literasi digital ini, pihaknya berharap akan terbangun budaya bijak bermedsos di kalangan santri, membendung viralnya berita hoaks, ujaran kebencian, benih radikalisme, dan fanatisme agama, ras, dan golongan yang berpotensi mempertajam polarisasi di masyarakat, serta terampil memproduksi dan mendistribusikan konten-konten positif yang lahir dari kalangan santri.
Forum yang diikuti 20 peserta perwakilan pesantren di wilayah Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Kebumen dan Purwakarta serta Purworejo ini juga dimaksudkan mendorong para kiai dan nyai sebagai pelopor untuk aktif dan melibatkan diri secara produktif di media sosial. Mereka akan dibekali keterampilan membuat narasi positif dan produksi video-video pendek serta wahana lainnya yang dibutuhkan di media sosial. (Ahyar/Zunus)
Sumber : NU Online