The news is by your side.

Resolusi Damai Duo Srikandi NU yang Menyejukkan

Oleh Zastrouw Al-Ngatawi

Stadion Utama Gelora Bung Karno sudah mulai penuh. Tribun atas, bawah, dan lapangan dipadati jamaah Muslimat NU. Bahkan sampai meluber ke luar stadion. Sekitar jam 06.00 WIB sound panggung sudah berfungsi. Alunan shalawat terus dikumandangkan para jamaah dipandu para pengisi acara.

Sekitar pukul 07.08 WIB, Presiden RI Joko Widodo memasuki stadion GBK disambut dengan lantunan shalawat Thalaal Badru yang dibawakan oleh Tompi, Cici Faramida, Hadad Alwi. Seperti biasa, presiden yang tak berjarak dengan rakyat ini menyalami para jamaah di sepanjang perjalanan menuju panggung. Sampai di panggung langsung dikumandangkan lagu Indonesia Raya. Setelah itu dilantunkan pembacaan ayat suci al Qur’an. Mendung yang menggelayut menambah suasana menjadi teduh dan sejuk.

Acara dilanjutkan dengan pembacaan doa khatmil qur’an oleh seorang ulama dari Mesir. Kemudian dilanjutkan dengan sholawat Mahallul Qiyam yang dipimpin oleh Habib Anis Syahab diikuti seluruh jamaah. Suasana yang teduh itu menjadi bertambah syahdu. Beberapa jamaah terlihat meneteskan air mata haru saat dikumandangkan syair “marhaban ya Nural Aini, marhaban Jaddal Husaini”. Semua jamaah berdiri seolah menyambut kehadiran Rasul di majlis. Gemuruh lantunan sholawat itu masuk menembus hati, menjadi energi damai di tengah kemeriahan suasana.

Masih dalam keadaan berdiri, selesai melantunkan shalawat Mahallul Qiyam, seluruh jamaah langsung menyanyikan mars Muslimat NU dan mars Syubbanul Wathan. Jiwa nasionalis yang patriotik para jamaah kembali menyala saat menyanyikan lagu karya mbah Wahab Chasbullah.
Syubbanul Wathon adalah lagu yang diciptakan Mbah Wahab untuk membangkitkan jiwa nasionalisme bangsa Indonesia, khususnya para santri. Syairnya dibuat dalam bahasa Arab untuk mengelabuhi pemerintah kolonial Belanda. Karena tidak paham bahasa Arab, Belanda mengira itu lagu qasidah biasa, sehingga bebas dinyanyikan para santri. Setelah merdeka lagu tersebut baru diberi syair dalam bahasa Indonesia.

Ketika Mbah Wahab mendirikan perguruan Nahdlatul Wathan tahun 1916 dan beliau menjadi salah satu guru (Choirul Anam, 2010) para murid yang akan mulai belajar diharuskan menyanyi lagu Syubbanul Wathan. Melalui lagu ini para santri ditanamkan rasa cinta tanah air dan semangat nasionalisme.

Beginilah cara para kiai menanamkan spirit nasionalisme pada para santri, sehingga pesantren menjadi pusat gerakan kebangsaan sekaligus sebagai lembaga pendidikan alternatif terhadap sistem pendidikan yang dielenggarakan kolonial, sebagimana diakui oleh ki Hajar Dewantoro dan Dr. Soetomo (Ahmad Baso; 2013). Dan hal ini terbukti, sampai sekarang seriap lagu ini dinyanyikan tumbuh gelora nasionalisme di hati, seperti yang terjadi di GBK pagi itu.

Acara dilanjutkan dengan laporan Ketua Panitia yang disampaikan oleh mbak Yeni Abdurrahman Wahid. Dalam sambutannya mbak Yeni menyampaikan perjuangan ibu-ibu Muslimat NU dari pelosok desa sampai kota menuju stadion GBK. Kisah tentang heroisme dan patriotisme kaum ibu membela agama dan bangsanya melalui Muslimat NU.

Menurut Mbak Yenny salah satu kekuatan kaum ibu adalah doa. Menurut mbak Yeni perempuan identik dengan doa. Hari-harinya kerap diisi doa bagi anak, suami dan keluarga. “Hari ini Indonesia beruntung karena perempuan Muslimat NU berkenan meminjamkan energi spiritual mereka, berdoa bagi keselamatan bangsa dan negara” demikian tegas mbak Yeni yang membuat hati para jamaah bergetar.

Selain itu mbak Yeni juga menyanyatakan pentingnya menjaga dan menyebarkan manhaj Ahlussunah Wal Jamaah an Nahdliyyah dengan nilai-nilai tasammuh (toleran), tawassuth (moderat), tawazzun (seimbang) dan i’tidal (konsisten) sebagai artikulasi dari tugas kenabian mewujudkan Islam yang damai, toleran dan penuh rahmat. Neneguhkan aswaja berarti menguatkan bangsa bahkan menguatkan dunia. Dengan tegas mbah Yeni menyatakan: “Muslimat NU memiliki peran penting dalam meneguhkan Aswaja an-Nahdliyah, aku bangga jadi Muslimat NU”

Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Ketua Umum Muslimat NU, ibu Khofifah Indar Parawansa. Di hadapan presiden dan jamaah Khofifah menyampaikan bahwa perjalanan panjang ibu-ibu Muslimat NU menuju GBK menjadi lebih cepat dan mudah berkat pembangunan infrastruktur jalan yang dibangun pemerintah. Perjuangan Muslimat memang masih berat tapi menjadi semakin mudah dengan tersedianya infrastruktur yang lebih memadai. Menurut Khofifah perjuangan berat Muslimat NU saat ini adalah melawan fitnah, caci maki, ujaran kebencian dan hoaks (berita bohong).

Berbagai fitnah dan hoaks yang beredar bebas di media sosial saat ini bisa merusak persaudaraan yang mengancam keutuhan bangsa. Untuk itu Muslimat NU bertekad melawan berbagai macam bentuk hoaks dan fitnah. Tekad ini kemudian diwujudkan dalam bentuk deklarasi anti hoaks yang diikuti oleh seluruh anggota Muslimat NU yang hadir di GBK.

Deklarasi yang terdiri dari empat point itu diantaranya berisi tekad Muslimat NU, Menolak hoaks, fitnah, dan ghibah yang dapat memicu perselisihan dan perpecahan bangsa. Kedua, Muslimat NU bertekad tidak akan membuat dan menyebarkan berita bohong, ujaran kebencian, fitnah, dan gibah; ketiga Muslimat NU akan membudayakan menyaring sebelum menyebar informasi yang diterima; keempat selalu berfikir positif untuk menguatkan ukhuwah dan persatuan bangsa.

Sambutan duo Srikandi NU itu seperti resolusi damai yang menggetarkan hati dan menyejukkan jiwa siapa saja yang mendengarnya. Di tengah keretakan bangsa, seruan itu seperti benang perajut yang menyatukan serpihan hati yang retak. Kedua srikandi NU itu sepertinya tengah menjahid Negeri ini dengan benang Aswaja an-Nahdliyah.

Semoga bangsa ini bisa kembali utuh dan tentram, tak ada yang merobek-robek lagi hanya karena perbedaan pemikiran dan kepentingan. (bersambung)

Penulis adalah pegiat budaya, dosen Pascasarjana Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta

Sumber : NU Online

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.