The news is by your side.

Sekolah Untuk Semua

Oleh A. Muchlishon Rochmat

Sejatinya fungsi sekolah adalah bukan seberapa cerdas anda, melainkan bagaimana anda menjadi cerdas. (Howard Gardner)

Sekolah merupakan institusi dimana proses belajar dan mengajar secara formal berlangsung. Seiring dengan berkembangnya waktu, posisi sekolah menjadi sentral dan utama di masyarakat kita. Hal tersebut bisa kita lihat dari persepsi masyarakat dan kesempatan mendapatkan kerja –baik di institusi negeri maupun swasta- bahwa orang baru dianggap berpendidikan kalau dia menamatkan sekolah formal dan orang bisa mendapatkan pekerjaan kalau ia memiki selembar kertas ijazah meski terkadang tidak ada skill. Bukankah pendidikan formal merupakan salah satu jenis pendidikan saja, selain informal dan non-formal?

Seiring dengan peran pendidikan formal yang begitu vital di masyarakat, maka menjamur lah sekolah-sekolah formal itu mulai dari tingkat SD (Sekolah Dasar) hingga SMA (Sekolah Menengah Atas). Sekolah-sekolah tersebut berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik, karena dengan menjadi sekolah terbaik tentu akan memberikan keuntungan ‘privilege’ dan sekaligus keuntungan materi. Keduanya saling terkait. Dimana sekolah yang memiliki ‘privilege’ tentu akan mudah mendapatkan keuntungan ‘materi’.

Dengan demikian, banyak stakeholder dan manajemen sekolah yang berbondong-bondong untuk mengembangkan manajemen sekolahnya agar menjadi sekolah terbaik seperti menerapkan konsep sekolah unggulan, sekolah model, sekolah berstandar nasional dan sekolah berstandar internasional –kedua model terakhir sudah dihapuskan.

Ironisnya, konsep sekolah terbaik yang dicetuskan oleh para stakeholder dan manajemen sekolah tersebut mengakar kuat di masyarakat kita. Sehingga tertanamlah di otak mereka sebuah paradigma bahwa sekolah terbaik adalah sekolah yang dihuni oleh siswa-siswi yang memiliki kecerdasan kognitif di atas rata-rata, sekolah terbaik adalah sekolah yang siswa-siswinya unggul dalam ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, biologi, kimia, matematika dan lainnya. Paradigma tersebut tumbuh subur di masyarakat kita.

Kalau konsep sekolah terbaik adalah hanya untuk siswa-siswi yang memiliki kecerdasan kognitif semata, tentu sebagai akibatnya akan lahir pula konsep-konsep sekolah rendahan atau buangan. Sekolah dimana siswa-siswinya adalah orang-orang yang gagal masuk ke sekolah unggulan tersebut, sekolah dimana siswa-siswinya tidak memiliki kecerdasan kognitif, dan sekolah yang menampung orang-orang yang tidak memiliki kecerdasan kognitif.

Konsep sekolah unggulan tersebut tentu menafikan dan mengabaikan siswa-siswi yang dianggap tidak cerdas karena hanya menerima dan mengakui siswa-siswi yang cerdas kognitifnya saja. Bukankah setiap individu itu cerdas sebagaimana yang disampaikan oleh Gardner di dalam teori multiple intelligence-nya? Konsep sekolah unggulan sudah menggurita di Indonesia.

Menurut Munif Chatib, seorang konsultan pendidikan, konsep tersebut memiliki dampak negatif yang sangat luar biasa seperti mendiskriminasi kecerdasan siswa, tidak menghargai kecerdasan setiap individu, membuat individu tidak percaya diri dengan kecerdasannya –bagi mereka yang tidak lolos seleksi ke sekolah unggulan, dan lainnya.

Konsep sekolah unggulan yang ada tersebut bukankan sekolah yang manusiawi. Karena sebagaimana yang dikatakan Gardner bahwa sejatinya fungsi sekolah adalah bukan seberapa cerdas anda, melainkan bagaimana anda menjadi cerdas. Sekolah yang manusiawi adalah sekolah yang menerima setiap individu dengan kecerdasannya masing-masing.

Di buku Sekolah Anak-anak Juara, Chatib menawarkan sebuah konsep sekolah unggulan yang manusiawi dan menghargai setiap kecerdasan individu. Menurutunya, ada tiga tahapan untuk mewujudkan sekolah unggulan yang manusiawi; Pertama, sekolah tanpa seleksi tes masuk. Kebanyakan sekolah ungulan yang ada adalah sekolah yang menerapkan tes standar masuk dengan begitu ketatnya, menjadikan hasil tes tersebut untuk memetakan kelas –yang pintar satu kelas dengan yang pintar dan begitu sebaliknya, dan tidak menerima siswa yang berkebutuhan khusus.

Adapun konsep sekolah unggulan manusiawi yang ditawarkan oleh Chatib adalah sekolah yang menerima semua siswa yang mendaftar tanpa tes yang ketat–tentu dengan memperhatikan kuota ruangan kelas, menjadikan hasil tersebut sebagai database, memetakan kelas sesuai dengan gaya belajar siswa, dan menerima siswa yang berkebutuhan khusus.

Kedua, menerapkan proses belajar terbaik (the best process learning). Yang dimaksud dengan sekolah the best process learning adalah sekolah yang menerapkan metode pengajaran yang bervariasi (multiple intelligence strategy) sesuai dengan kecerdasan dan gaya belajar siswa. Model pengajaran monoton dan satu arah tentu hanya akan membuat siswa tidak antusias dan malas untuk menyerap setiap materi yang disampaikan.

Maka dari itu, seorang guru harus menggunakan strategi multiple intelligence agar materi yang disampaikan bisa diserap oleh siswa dengan baik. Langkah-langkah penerapan the best process learning adalah dengan membuat lesson plan (rencana pengajaran) yang variatif dan menarik, serta tidak hanya menerapkan metode ceramah.

Terakhir, menerapkan the best output. Sekolah the best output adalah sekolah sekolah yang menerapkan metode penilaian terhadap kondisi kognitif maupun jenis kecerdasan siswa lainnya. Kalau sekolah unggulan yang ada sekarang hanya menerima kondisi kognitif siswa semata, dan menyangkal kecerdasan lainnya.

Maka sekolah the best output menerima siswa-siswi dari berbagai kecerdasan, mulai dari siswa tipe pembelajar cepat (fast learner) hingga pembelajar lambat (slow learner) bahkan siswa yang membutuhkan siswa yang berkebutuhan khusus. Sekolah the best output juga menerapkan penilaian yang autentik yakni penilaian yang bukan menekankan pada sisi kognitif semata, tapi juga psikomotorik dan afektif secara seimbang.

Dengan demikian kita berharap bahwa konsep sekolah unggulan adalah bukan hanya untuk mereka saja yang memiliki kecerdasan kognitif yang tinggi, melainkan untuk setiap individu dengan kecerdasannya masing-masing.

Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Pemuda Islam Indonesia (MPII) Pusat.

Sumber : NU Online

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.