Semangat Nyai Machfudhoh di Gelora Bung Karno

Jakarta, NU Online
Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam lewat, tapi para pengurus Muslimat NU masih berada di lapangan Gelora Bung Karno, Jumat (25/3). Mereka bukan menyaksikan pertandingan sepak bola, tapi memantau langsung persiapan harlah ke-73 yang akan berlangsung Ahad (27/1) dini hari.
Di antara mereka berseliweran puluhan para pekerja yang tengah memasang grass cover untuk menutupi rumput lapangan. Juga para pekerja yang tengah mendirikan panggung utama.
Di antara para pengurus Muslimat NU, tampak Ketua Umum Muslimat NU Hj Khofifah Indar Parawansa tengah asik ngobrol bersama dengan Nyai Hj Machfudhoh Aly Ubaid. Keduanya dikelilingi para pengurus lain.
Hj Machfudhoh paling tua di antara para pengurus Muslimat. Bahkan sepertinya paling tua di antara seluruh orang yang ada di lapangan malam itu. Ia berusia 76 tahun. Tangannya selalu bertongkat.
Meski demikian, ia sepertinya ingin turut memastikan persiapan harlah ke-73 Muslimat NU berjalan dengan baik. Harlah yang menjadi sejarah pertama digelar besar-besaran di lapangan yang didirikan Presiden Soekarno itu.
“Saya hanya ingin menyemangati yang muda saja,” katanya ketika ditanya tentang kehadirannya malam itu. Di mukanya butir-butir keringat meleleh menjalari pipi.
Saat ini ia adalah pengasuh pondok pesantren putri Al-Lathifiyyah 1 Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Meski sudah tidak lagi menjadi pengurus harian di pimpinan pusat, ia masih mengurusi Himpunan Daiyah Muslimat sehingga masih sering bolak-balik Jakarta-Jombang.
Kecintaannya kepada Muslimat NU, tentu bukan tanpa sebab. Ia menghayati NU sejak kecil karena merupakan putri dari salah seorang pendiri NU, KH Abdul Wahab Hasbullah yang menikah dengan Nyai Latifah.
“Ayah saya juga aktif di NU sampai tua. Bahkan sebelum meninggalnya sempat menyampaikan pidato iftitah di Muktamar Surabaya tahun 1971,” katanya.
Nyai Machfudhoh lahir di Jombang pada 12 Maret 1944. Sebelum aktif di Muslimat, ia merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat NU. (Abdullah Alawi)