The news is by your side.

Sunan Bonang dan Jaringannya di Makassar Abad 16 (1 – 2)

Ini aksara tua Makassar yg dipakai waktu era Islamisasi Makassar awal abad 17 dan masa Sultan Hasanuddin Gowa. Dan ini salah satu teks Makassar abad 17 yang berisi sejarah Gowa dan Tallo dari abad 16-18. Teks ini di antaranya menyebut kedatangan utusan Sunan Bonang bernama “Anakoda Bonang” ke Gowa sekitar tahun 1560an dan sempat berdiskusi dengan raja Gowa soal agama budaya ekonomi jaringan Nusantara hingga soal sarung Jawa !

Ini satu manuskrip lama dari abad 18 yg kini tersimpan di British Library London. Teks ini ditulis dengan bahasa Makassar dalam aksara lontarak jangang-jangang (akasara lontara lama sebelum aksara baru yg dikenal kini). Teks ini berceritera tentang raja raja Gowa dan Tallo dari masa pra Islam hingga pertengahan abad 18.

Salah satu isi teks itu menyebut adanya utusan dari Bonang, Tuban, Jawa Timur, dengan sebutan dalam teks “anakoda Bonang”. Artinya seorang nakoda dari Pesantren Bonang, di Tuban. Sebutan nakoda masa itu berarti orang yg mengurus kapal dan perdagangan si empunya kapal dan bertanggung atas barang barang di atas kapal selama masa pelayaran.

Sebutan Bonang hanya ada di Tuban, basis pesantren yg dibangun Kanjeng Sunan Bonang (wafat sekitar 1525) di akhir abad 15, dan merupakan salah satu pusat pengislaman di Jawa, hingga ke Indonesia timur. Maluku misalnya, dalam laporan Pigafetta di Ternate tahun 1521, masuk Islam pertama sekitar tahun 1470-an dari Tuban — ya dari murid-murid Sunan Bonang.

Utusan ini datang ke Makassar dan masuk ke istana Gowa di Sombaopu di masa kekuasaan Tunipalangga (memerintah 1546-1565). Waktu itu raja ini belum masuk Islam (raja pertama Gowa masuk Islam baru di tahun 1603). Tapi di masanya sudah ada komunitas Muslim di Makassar, disebut “to Jawa”, yakni sebagian besar orang Melayu dan sebagian orang Jawa.

Jadi diperkirakan utusan Bonang terjadi di antara masa 1546-1565 ini. Artinya, setelah wafatnya sang sunan. Utusan ini membawa pesan dari murid-murid Sunan Bonang yg berbasis di Bonang. Kita tahu sepeninggal sang wali, Bonang menjadi salah satu pusat penulisan naskah-naskah Wali Songo yg berbasis tasawuf dan aksara hanacaraka.

Teks Makassar ini memuat dua halaman pertemuan Raja Gowa dan Nakoda Bonang. Pertemuan ini mengungkap banyak hal tentang jaringan ke-Nusantara-an para Wali Songo yg kini belum banyak terungkap. Nah teks ini menjadi saksi sejarah jaringan para Wali itu.

Halaman pertama kutipan teks:

Baris kedua dari bawah, cek kata terakhir: napappala-

Baris paling bawah:

ki [napappalaki] empoang nikanaya Anakoda Bonang; erang-eranna [tulisan berwarna merah] ri karaenga napa-

[teks lain dalam PNRI menambahkan kata ‘to Jawa” pada Anakoda Bonang]

napappalaki = pala’; mohon, meminta; memohon izin, perkenan atau persetujuan [artinya: sang raja dimohon izin dan perkenannya]

empoang = empo: duduk, tempat berdiam; [utusan Bonang memohon] tempat untuk menginap dan bertempat tinggal [di Makassar]

nikanaya = namanya

erang-eranna = barang-barang persembahannya [kepada raja]

ri = kepada

karaenga = sang raja

foto teks dan foro perbandingan tiga bentuk aksara Makassar (asalnya dari aksara jangang-jangang, lalu ke aksara bilang, trus kini jadi aksara lontarak baru)

(bersambung)

Sumber : Facebook Gurutta Ahmad Baso

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.