“Tong Hayang di Tonton ku Batur”
Ini merupakan ajaran mang Abah, seorang manusia yang mencari jalan sunyi, yang akhirnya, banyak hikmah yang tersampaikan darinya, bukan dari ucapannya, tapi dari ahlaqnya yang mampu menjadi penguat narasi ini dibuat…mari kita seksama maknai…
Manusia sudah lumrah tempatnya lalai, banyak yang lupa bahwa ia selalu diawasi syaetan, syaetan di dekatnya saja ia tak merasa, kemanapun ia berjalan, syaetan menjadi bayangannya.
Lalu adakah bayangan itu berwarna putih ?
Bayangan selalu berwarna hitam !
Yang artinya, perwujudan kita sebagai seseorang yang merupakan anak turunan Adam, tak berdiri sendiri, tanpa bayangan!
Putih bersih, murninya kita, oleh syaetan ingin ia warnai menjadi pekat hitam.
Pastinya, bayangan akan selalu ada mengikuti kita, kemanapun kita melangkah…dengan kata lain, setan, jin, dekat membayangi kita, salah-salah kita tak mampu menjaga hati, menjaga pikiran, maka Setanlah yang akan mengambil alih pikiran, dan hati kita itu.
Hal inilah yang menjadikan mahluk musuh segenap keturunan Adam itu, mampu memasuki celah kedirian kita, hingga kita gampang dimasuki dan dirasukinya.
Dengan satu maksud, dari si setan itu sendiri, yakni, menutup kebeningan hati, mengotorinya hingga dosa menjadikan hati kita gelap, dan setelah kegelapan itu ada, maka kendali perilaku, kendali karakter, kendali diri yang cenderung ke hal kebaikan, di belokan oleh setan…
Manusia jadi sangat terpuruk !
Terpuruk mengikuti hal buruk, dekat pada hal yang menyesatkan, pada sesuatu yang menenggelamkan keimanannya, hingga kita akhirnya mejadi papa, jatuh terpuruk, miskin iman, miskin harta amal soleh, hal yang berharga, yang sebetulnya, harus bisa kita kumpulkan untuk bekal pulang kita keharibaanNya.
Tong Hayang di Tonton ku Batur!
Merupakan hal yang terkait dengan sikap ria, sikap sombong, ingin pamer, ingin diaku, ingin dipuji manusia, bukan untuk di banggakan Allah.
Di sini manusia tertipu, dirinya sendiri !
Di sini manusia terkecoh tipu daya syaetan yang maha halus.
Setan selalu menyatu dalam diri anak manusia, turunan Adam, Ia seperti bayangan, sabar penguntit, mau menunggu dengan kesabaran tinggi, hingga pada saatnya tiba, ia lah yang akan memalingkan kebeningan, dan kelurusan hati kita menjadi berbelok, tujuan kita tak lagi padaNya, amal kita habis, karena dipakai untuk kesombongan, kejumawaan, seperti halnya karakter Setan, iblis sang laknatulloh.
Tong Hayang di Tonton ku Batur !
Ini terkait keberhasilan kita dalam masalah mengumpulkan hal duniawi, maupun hal akheratnya, yang harusnya menjadi kebaikan, menjadi karta karun diri, simpanan tabungan yang berharga untuk bekal di akherat, yang terjadi, kita malah bangkrut, keberhasilan kita malah menjadi keburukan bagi kitanya.
Itu karena apa ?
Ini karena terkait jiwa yang terbimbing ahlaq mulia, atau kita terkontaminasi dengan Ahlaq buruk !
Ini juga terkait dengan adanya ilmu yang bermanfaat, yang memahamkan kita pada jalan keselamatan hidup di dunia, atau hidup di akherat, yang dengan ilmu itu, membawa kita pada kebermanfaatan atas terteranginya kita karena ilmu, atau malah menjadi ilmu yang mudharat, yang tidak menyelamatkan hidup kita di kedua kehidupan yang kita lalui ini.
Hayang di Tonton ku Batur
Merupakan sikap menampakan diri, dengan kesombongan atas apa yang bisa ia tampakan, dan ia perlihatkan, pada orang lain bahwa ia lebih unggul !
Persis seperti kesombongan Iblis, saat ia tak mau tunduk pada Adam, saat ia di perintahkan untuk bersujud sebagai perintah, titah Allah pada Iblis…
Dan Iblis tak mau sujud, karena ia merasa paling unggul dalam penciptaan dirinya.
Maka pembangkangan itulah awal dari ia menjadi mahluk terlaknat, setelah sebelumnya ia merupakan ahli ibadah, ahli solat, dan ahli sujud.
Hayang di Tonton ku Batur, merupakan sikap kita yang lupa diri, karena kendalinya hati sudah di kendalikan syaetan yang maha takabur.
Maka tong Hayang di Tonton ku Batur, merupakan cara kita menyembunyikan amal Soleh kita, yang membentuk akhlak kita jadi mulia, dan ketinggian ilmu yang kita dapat, mampu membentuk hati kita jadi taat, jadi jadi mahluk mulia, yang mampu memuliakan ciptaan Tuhan, memanusiakannya sebagai manusia, apapun bentuk perwujudan manusianya, hingga kita dapat menghormatinya, tak membedakan mereka, karena esensinya,” semua ciptaan Gusti nu maha suci.”
Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat.
Bambang Melga Suprayogi M.Sn
Ketua LTN NU kabupaten Bandung