17 Agustus Mengenang Suri Tauladan Hakiki Para Pahlawan Bangsa
17 Agustus merupakan tanggal nan sakral dan suci, karena selain dikenang sebagai hari kemerdekaan RI juga terikat dengan sayidil ayyam, hari Jumat. Sejarawan mencatat kemerdekaan terjadi di Bulan Suci Ramadhan. Hal itu disampaikan oleh H. Abdul Hadi Hasan, Lc saat Pengajian Ahad ( 19/8).
“Kita harus mensyukuri kemerdekaan RI ke 73, kemerdekaan sesuatu yang sakral karena yang diperjuangkan adalah konsep keadilan dan kedamaian.” Tutur Kang Hadi ketika mengisi Pengajian Ahad yang rutin dilakukan di Majelis Taklim Al Ittihad Al Islami, Citayam, Desa Ragajaya, Kec. Bojonggede, Kab. Bogor, Jawa Barat.
Lembaran sejarah indah mencatat bahwa Para pahlawan bangsa, berani berjuang karena memiliki suri tauladan hakiki. Suri tauladan mereka adalah Para Kiai, dan para Kiai dalam melangkah selalu bercermin kepada Para Nabi, diantara kepada Rasul Saw dan Nabi Ibrahim.
“ Kita akan sebutkan dua sosok penting yang membumi, menyatu pada diri para Pahlawan kita.” Lugas Kang Hadi.
Pertama, Sosok Rasul Saw. Dalam kitab tarikh dijelaskan bahwa Rasul Saw berjuang dengan melesatkan segala potensi dirinya, keluarga lalu para Sahabatnya. Hal itu pengaplikasian yang sesuai dengan perintah Allah SWT dalam surat Attahrim ayat ke 6, Allah berfirman, “ Wahai orang – orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu.”
Allah SWT menekankan metodelogi dakwah terakurat, harus dimulai pada diri sendiri, pada saat itu Rasul saw yang termasuk manusia paling sempurna menyeru keluarganya, kemudian berlanjut pada kalangan para sahabat. Rasul saw menyampaikan petunjuk, kabar gembira dan peringata pada mereka.
Rasul Saw dikenal sebagai pahlawan, pejuang fi Sabilillah yang berjuang memberikan kemerdekaan bagi umat manusia. Rasul Saw berjuang seiring bersama dengan mengorbankan harta dan nyawanya, keluarga dan sahabatnya pada akhirnya tersupport hingga turut menebar rahmatnya.
Kedua, sosok Nabi Ibrahim. Dalam surat Ibrahim ayat ke 37, Allah berfirman terkait doa Nabi Ibrahim, “ Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat tempat ( Baitullah) Engkau yang dihormati, Ya Tuhan kami agar mereka mengerjakan sholat dan jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka Rizqi..”
Dari ayat diatas kita dapat memahami perjuangan Nabi Ibrahim yang juga selalu menyertakan keluarganya. Hal itu untuk menunjukan bahwa dakwah dan perjuangan hakiki terberat kepada keluarga. Nabi Ibrahim berserah diri hanya kepada Allah SWT, seraya berdoa menyatakan bahwa istri dan keturunannya ditinggalkan di tempat tak ada apa-apa, tapi tenang selalu menyertai karena itu Baitullah.
Nabi Ibrahim selain berjuang bersama keluarganya juga dikenal sebagai pemberani dan bapak tauhid, karena berjihad menjelaskan nilai ketauhidan, nilai persaudaraan, nilai hakikat ibadah sehingga harus rela dilempar ke api unggun raksasa.
Semua cobaan, halangan rintangan dihadapinya, sama seperti Rasul Saw. Keduanya tidak pernah mengeluh karena keimanannya yang kuat dan tangguh.
Doa sosok Nabi yang mulai itu merupakan suri tauladan hakiki, tidak heran para pahlawan Indonesia bilkhusus para Kiai yang tergabung dalam Pasukan Hizbullah dengan serba keterbatasan selalu yakin mereka akan meraih kemenangan. Perjuangan mereka bersifat universal dan berlandaskan keimanan.
Harta, nyawa, keluarga, sahabat, semua dikorbankan demi tegaknya nilai suci kemerdekaan, tegaknya keadilan dan meratanya kemakmuran di bumi Indonesia.
“ Kita sebagai penerus bangsa tentu harus mengisi kemerdekaan dengan rasa optimis, sederhananya bagi para ibu pengajian harus lebih rajin ngajinya, mendidik anak, kuatkan ikatan hanya kepada Allah SWT, sucika diri, jihad kita jihadunnafs.” Tegas Kang Hadi sambil menutup kajiannya.