Etika Dalam Menasihati Seorang Pemimpin
Soleh Hidayat – Menasihati seorang pemimpin dalam ajaran islam tentu ada tata cara yang bisa dilakukan. Sebagai masyarakat yang berada di negara dengan prinsip demokrasi ini tentu mempunyai peran penting dalam kemajuan negara bahkan daerah yang di pijak, seperti memberi nasihat dan aspirasi kepada para pemimpin.
“Namun hal tersebut penting untuk dilakukan dengan cara yang santun dan damai guna menjaga ketertiban dan menghormati orang lain,” Terang KH Raden Hilal.
Dalam Ihya Ulumudin Halaman 337 menerangkan :
قد ذكرن درجات الأمر بالمعروف وأن أوله التعريف و ثانيه الوعظ وثالثه التخشين في القول و رابعه المنع بالقهر في الحمل عل الحق بالضرب و العقوبة
والجاءز من جملة ذلك لأحاد الرعية مع السلطان فأنا ذلك يحرك الفتنة و يهيج الشر و يكون ما يتولد منه من المحذور أكثر ،
Yang artinya :
“Ketahuilah bahwa teguran itu Ada empat tingkatan : yang pertama yaitu memberitahu, yang kedua memberikan nasehat, yang ketiga bersikap keras dalam perkataan, dan yang keempat mencegah dengan paksaan. Tidak boleh bagi seseorang melakukan Amar ma’ruf Nahyil mungkar kepada seorang penguasa atau raja, kecuali dengan memberitahu dan menasehatinya.”
“Namun bersikap keras dan mencegah dengan paksa, maka hal tersebut termasuk sikap yang dapat menimbulkan fitnah dan hal-hal yang lebih keji daripada yang mereka alami,” Ujar Aden sapaan Ketua PC NU Pangandaran.
Selain itu, Aden menyampaikan bahwa ada tatakrama dalam menyampaikan nasihat kepada seorang pemimpin seperti dalam HR Hakim
مَن كانت عندَهُ نصيحةٌ لِذي سُلطانٍ فليأخذْ بيدِهِ فلْيخلُ فليخلوا الصواب فلْيخلُ بهِ فإن قبلَها قبلَها وإن ردَّها كانَ قد أدّى الَّذي عليهِ
“Barang siapa Yang bermaksud menasehati pemerintah/penguasa, maka tidak boleh dengan terang-terangan di tempat umum. Tapi dengan menggandeng tangannya, ajak bicara Di tempat yang sepi. Jika nasehatnya diterima, silakan bersyukur. Jika tidak diterima, maka jangan dijadikan masalah sebab sesungguhnya sudah melaksanakan kewajiban dan memenuhi haknya menasehati”. (HR Hakim).
Saya sebagai Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pangandaran berharap kepada masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya secara santun.
“Tentu memperhatikan prinsip-prinsip Amar Ma’ruf Nahyil Munkar yang dianut oleh Ahlussunah Wal Jamaah dengan tidak bersifat menghina menggunakan bahasa yang dilarang oleh ajaran Islam,” Tegas Aden.
PCNU Kabupaten Pangandaran menyerukan kepada masyarakat untuk tetap tenang terlebih dalam menghadapi pemilu yang sebentar lagi akan digelar, jangan mudah terprovokasi oleh pihak-pihak tertentu.
“Seluruh Warga Nahdiyin di Kabupaten Pangandaran dimohon untuk ikut menjaga suasana masyarakat agar tetap kondusif, tenang dan sejuk” Pungkasnya.