Hindari Gibah dalam Hati

Rifa Anggyana – Membicarakan diri orang lain, meski dalam hati, tetap bisa dikategorikan gibah. Semua orang tidak bisa terlepas dari hal ini, baik saat sendiri maupun saat berkumpul dengan orang banyak.
Saat kita bertemu dengan orang, entah mengapa hati kita tiba-tiba berbicara tentang orang yang kita temui, termasuk (gibah). Lalu, bagaimana hukumnya hal tersebut, apakah diperbolehkan? Mengingat Islam juga telah melarang kita melakukan gibah.
Seperti dikutip dari tulisan Ustaz Muhammad Alvin Nur Choironi, pegiat kajian tafsir dan hadits, menjawab hal ini. Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa ghibah di dalam hati hukumnya diampuni (ma’fu). Hal itu asalkan tidak dilanjutkan dan hanya sekilas.
“Adapun sesuatu yang terbersit dalam pikiran kita atau pembicaraan kita dengan diri sendiri, jika tidak tetap dan tidak dilanjutkan oleh orang tersebut, maka hukumnya diampuni (tidak masalah), demikian berdasarkan kesepakatan para ulama. Karena sesungguhnya hal tersebut tidak bisa dihindari dan juga tidak ada cara untuk mencegah hal itu.” (Imam An-Nawawi, Beirut, Darul Kutub: 2004 M, halaman 498).
Misalnya, saat berjalan kita bertemu orang yang gemuk badannya, tiba-tiba terlintas di pikiran kita atau hati kita, “Eh, orang itu kok gendut banget, ya?”. Nah, hal yang seperti ini diampuni atau dimaafkan. Namun jika hal itu dilanjutkan, seperti mulai berpikir-pikir tentang makannya apa, dan sebab apa yang menjadikan orang itu gendut yang cenderung ke arah negatif, hal semacam ini bisa termasuk dalam dosa.
Alasan mengenai dimaafkannya pikiran yang terlintas begitu saja tersebut, karena hal itu tidak bisa dihindari. Sedangkan melanjutkan pikiran yang terbersit itu dilarang, karena hal itu bisa dihindari.
Buku lain :