The news is by your side.

Jadi Pembicara di Israel, Gus Yahya: Saya Berdiri di Sini untuk Palestina

Jadi Pembicara di Israel, Gus Yahya: Saya Berdiri di Sini untuk Palestina | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa BaratJakarta, NU Online

Dengan pembawaan yang kalem, tenang, dan runut dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan Rabbi David Rosen, sang moderator, Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan, adanya dia jadi pembicara di Israel merupakan upaya memperjuangkan kemerdekaan rakyat Palestina.

“Saya berdiri di sini untuk Palestina, saya berdiri di sini atas dasar bahwa kita semua harus menghormati kedaulatan Palestina sebagai negara merdeka,” tegas Gus Yahya, Ahad (10/6) saat dikonfirmasi NU Online usai menjadi pembicara dalam kegiatan diskusi yang diprakarsai oleh America Jewish Commitee (AJC) di Tel Aviv, Israel.

Gus Yahya juga menjelaskan perihal peran aktif Indonesia dan Nahdlatul Ulama (NU) bagi keberlangsungan kehidupan sebuah bangsa di level global. Hal ini merupakan salah satu usaha untuk meneruskan perjuangan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di sejumlah negara untuk mewujudkan perdamaian dunia, termasuk kemerdekaan rakyat Palestina.

Jadi Pembicara di Israel, Gus Yahya: Saya Berdiri di Sini untuk Palestina | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa Barat
Gus Yahya (kanan) dan Rabbi David Rosen. (Screenshoot AJC Global)

Moderator Rabbi David Rosen yang juga Direktur AJC melontarkan pertanyaan terkait hubungan Islam dan Yahudi kepada Gus Yahya. Rosen merujuk kepada eskalasi konflik antara Palestina dan Israel yang berdampak pada sentimen Islam dan Yahudi di beberapa negara termasuk di Indonesia.

Gus Yahya tidak menampik bahwa hubungan Islam dan Yahudi bergerak fluktuatif. Selain sentimen yang ditimbulkan oleh konflik Palestina-Israel, hal itu juga terkait sejarah panjang antara dua negara tersebut.

Putra KH Cholil Bisri Rembang ini juga menungungkapkan bahwa konflik tersebut terkait dengan kekurangpahaman akar konflik sesungguhnya. Sehingga masing-masing agama harus memahami ajarannya dengan baik dan benar.

Dia memberikan sejumlah hal terkait langkah yang bisa dilakukan umat Islam dan Yahudi untuk mewujudkan kehidupan yang lebih damai.

“Pertama, harus menemukan solusi baru terkait fungsi agama dalam kehidupan nyata. Kedua, harus ada interpretasi lebih antar-agama untuk membimbing umat agar tercipta harmonisasi antarumat beragama,” tutur Gus Yahya yang diakhir statemennya mendapat aplaus meriah dari hadirin yang memadati ruang dialog.

Tak Ada Kerja Sama NU dan Israel

Sebelumnya, salah seorang Ketua PBNU H Robikin Emhas mengatakan tidak ada kerja sama antara Nahdlatul Ulama dengan Israel, baik dalam bentuk program maupun kelembagaan. Hal ini ditegaskan PBNU terkait kedatangan Gus Yahya untuk memenuhi undangan diskusi di Israel.

“Sekali lagi ditegaskan, tidak ada jalinan kerja sama program maupun kelembagaan antara NU dengan Israel,” ungkap Robikin, Sabtu (9/6) kemarin.

Robikin juga menyatakan keyakinannya bahwa kehadiran Gus Yahya tersebut untuk memberi dukungan dan menegaskan kepada dunia, khususnya Israel bahwa Palestina adalah negara merdeka, bukan sebaliknya.

“Setiap insan yang mencintai perdamaian mendambakan penyelesaian menyeluruh dan tuntas atas konflik Israel-Palestina,” tambah Robikin.

Selain itu Robikin menyebut konflik Israel-Palestina tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Sehingga diperlukan semacam gagasan out of the book yang memberi harapan perdamaian bagi seluruh pihak secara adil.

“Boleh jadi Gus Yahya Staquf memenuhi undangan dimaksud untuk menawarkan gagasan yang memberi harapan bagi terwujudkan perdamaian di Palestina dan dunia pada umumnya,” pungkas Robikin. (Fathoni)

Sumber : NU Online

Leave A Reply

Your email address will not be published.