Kader Ulama NU dan Tantangan Zaman

Toufik Imtikhani, SIP. – Kemunculan KH. Bahaudin Nur Salim ( Gus Baha ), KH. Ahmad Ishomudin, Gus Muwafiq, Gus Miftah, Nadirsyah Hosen, Ayang Utriza Farzah dan kader Ulama muda NU yang lain ke tengah-tengah publik, seperti menunjukkan kedalaman NU dalam penguasaan khasanah ilmu-ilmu ke-islaman. Kemunculan mereka menjadi penawar carut-marutnya dunia pemikiran Islam di negeri kita dalam satu dasawarsa terakhir ini, setidaknya setelah kita memasuki era digital. Akses teknologi informasi sekarang tidak terbatas kepada mereka yang berada dalam dunia pendidikan. Dimana pada masa itu, penguasaan literasi terbatas kepada mereka kelompok yang terpelajar. Padahal dunia literasi merupakan sumber informasi.
Namun setelah memasuki era digital, penggunaan internet dan teknologi android, semua segmen masyarakat, dapat memanfaatkan perkembangan dan inovasi teknologi informasi secara tak terbatas. Anak-anak yang secara mental dan intelektual, atau segmen masyarakat yang “ baru” dewasa, pun dapat menggunakan kemajuan ini tanpa ada batasan sedikitpun. Apa, mengapa, kapan dan bagaimana serta siapa, mereka menggunakannya, bersifat bebas. Kalau dikatakan bahwa sistem ini adalah sistem liberal, iya, sebab pada akhirnya masyarakat dibebaskan untuk melakukan penilaian dan proses pelurusan sendiri terhadap.
Ironisnya bahwa sistem nilai yang dimiliki oleh masyarakat tertentu dan orang-orang tertentu, belum bersifat mapan. Pada kondisi inilah masyarakat atau individu mengadopsi informasi tanpa filter. Informasi yang mereka dapatkan dari sumber dunia digital, ditelan secara mentah dan dianggap suatu kebenaran yang pasti.
Keadaan ini dimanfaatkan secara jeli oleh kelompok-kelompok tran-nasional. Mereka menggunakan media sosial untuk mengkampanyekan model dan cara Islam yang mereka pahami, dan menyerang cara beragama moderat yang salah satunya dianut oleh Nahdlatul ‘Ulama (NU ).
Buku lain :