Lesbumi PCNU Indramayu Ungkap Sejarah Sasak Sewo Lewat Kidung
Lesbumi PCNU Indramayu kembali membuat gebrakan dengan mengadakan
acara ”BEDAH KISER SAEDA SAENI” bertempat tepat di Tugu Transmigrasi, Sasak Sewo Sukra Jum’at 12/11.
Kegiatan tersebut di dukung oleh seluruh elemen masyarakat mulai dari Foorkopincam, Tokoh-Tokoh Adat, dan
Ormas, OKP, Komunitas-Komunitas yang lain terutama diusia Remaja dan Pemuda diwilayah Kecamatan Sukra.
hadir di acara tersebut Maestro Kidung Dermayu Ki Dalang Karno serta Juniornya Ki Karsa Winata
sebagai Pengidung Utama.
”Sebenarnya Kami bersyukur karena masyarakat ternyata banyak yang ikut berpartisipasi dalam
suksesnya kegiatan ini” tutur Jimmy Selaku Koordinator Acara tersebut.
Selain itu Jimmy juga
menuturkan bahwa suksesnya kegiatan ini tidak lepas dari peranan Tokoh adat sekecamatan Sukra, serta
stakeholder lainnya seperti Pemdes Sukra, Foorkopincam, PLTU, dll.
Kegiatan ini Diawali dengan Do’a dan Tahlil Bersama sebagai wujud Gerakan Aswaja An Nahdhiyyah,
kemudian dilanjut dengan penampilan-penampilan Atraksi Pencak Silat dari Pagar Nusa Kecamatan Sukra. Hal
ini diupayakan mengenalkan tradisi kepada masyarakat luas dan mensosialkan kegiatan-kegiatan Nahdlatul
Ulama dalam bingkai seni budaya Muslim Nusantara. Ngidung boleh, Hajatan Boleh, tapi bagaimana caranya
kita masukkan nilai-nilai islami didalam aktifitas tersebut yakni melalui acara tahlilan, marhabanan, istighosahan
(Do’a Bersama), dan lain sebagainya ucap Ketua Lesbumi PCNU Indrmayu Kanjeng Dayat Pituduh.
Mulai hari ini Pergerakan-Pergerakan Kultural Nahdlatul Ulama tidak boleh jauh dari misi-misi
mengenalkan nilai-nilai Aswaja An Nahdhiyyah, supaya Masyarakat tahu dan faham bahwa selama ini mereka
sebenarnya telah melakukan amaliyah-amaliyah NU sdan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rosulullah
SAW. serta para Ulama ditanah Jawa. Nahdlatul Ulama sebagai Benteng Nusantara harus senantiasa masuk
kesemua lini masyarakat, mulai dari Seni Budaya, Perekonomian, Sosial Politik, dan lain-lain, tidak hanya melulu
stagnan pada wilayah-wilayah praktisi agama saja. Kader NU harus Siap berada dimanapun, ditugaskan apapun,
dan jangan pernah menyerah hanya karena gara-gara Biaya, Tegas Kanjeng Dayat Pituduh.
Dhirun Bratayudha selaku Bendahara Lesbumi PCNU Indramayu menjelaskan bahwa, secara leksikal kata
“kidung” dalam bahasa Jawa mempunyai padanan dengan tembang atau sekar, bermakna ‘nyanyian’. Sehingga
sangat mudah diterima dan dipahami oleh anak-anak muda khususnya sebagai penerus tambuk Seni Budaya.
Selain itu Mang Dirun juga menyebutkan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah membenahi serta menyelaraskan
Literasi tentang Mithos Saeda Saeni yang terjun ke Kali Sewo sebagai Tumbal.
Selain itu Sebagai Refleksi dari Hari Pahlawan Nasional ditahun 2021 ini Mang Dirun Berharap bahwa
67 Orang yang dimakamkan dalam satu lubang sebagai korban dari Buruh Transmigrasi harus senantiasa
dikenang jasa-jasanya. Pemerintah membangun Tugu Transmigrasi sebagai bentuk Apresiasi dari Perjuangan 67
Buruh Transmigrasi tersebut. ”JER BASUKI MAWA BEYA” begitulah tulisan yang ada ditugu tersebut. Pepatah ini mengisyaratkan bahwa setiap cita-cita, idealisme, kesuksesan itu membutuhkan biaya/pengorbanan semangat
menggiatkan publikasi membutuhkan pengorbanan biaya, tenaga, dan waktu.
Acara ini juga dihadiri langsung oleh Kang Yahya Ansori selaku Sekretaris PCNU kabupaten Indramayu.
Beliau menyampaikan agar Lesbumi harus tetap bergerak dan konsisten menjunjung tinggi nilai-nilai seni dan budaya lokal Indramayu. Bahkan beliau menegaskan bahwa Lesbumi haris aktif dan inovatif dalam perannya menyebarkan Akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah An Nahdhiyyah.
”Saya sangat berharap bahwa Lesbumi mampu menciptakan suasana baru ditengah-tengah Nahdlatul Ulama sehingga mampu menggerakkannya melalui jalur Seni dan Budaya. Karena NU sangat berpegangnteguh kepada Islam Kultural Nusantara, Bukan Arab Syndrome. Salah satunya adalah Lesbumi sebagai motor penyebaran Aswaja An Nahdhiyyah di Bumi Wiralodra ini.” Tutur Kang Yahya.
Semoga kedepannya Lesbumi semakin Maju dan senantiasa diberkahi para Ulama, Kyai dan Sesepuh.
Syaerurrozie