Mengenang Almagfurlah KH Amin Siroj Gedongan
Sehari sebelumnya, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Cicalengka, Kabupaten Bandung KH Ahmad Syahid. Lalu pada Senin (7/8) warga NU kembali kehilangan ulamanya, KH Amin Siroj wafat pukul 04.45 WIB di Rumah Sakit Gunung Jati, Cirebon. Ia dimakamkan sekitar 14.00 siang ini.
KH kelahiran Cirebon pada tahun 1938 itu merupakan sesepuh Pondok Pesantren Gedongan. Hingga wafatnya, paman Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj itu merupakan salah seorang Mustasyar PWNU Jawa Barat, dan ayah dari Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Cirebon KH Wawan Arwani Amin.
KH Amin Siroj adalah cucu pendiri Pondok Pesantren Gedongan KH Muhammad Said. Masa mudanya ia pernah nyantri di Pondok Pesantren Sarang yang waktu itu diasuh KH Zubair, ayahanda KH Mimoen Zubair. Di pesantren itu, ia seangkatan dengan KH M.A. Sahal Mahfudh dan KH Syaerozie.
Menurut Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Cirebon, Abdul Muiz Syaerozie Kehilangan Kiai Amin meninggalkan duka mendalam bagi warga Cirebon, terutama kalangan pesantren.
“Beliau merupakan salah satu tokoh kharismatik Cirebon yang dengan istiqomah meneruskan pendidikan pesantren yang didirikan oleh kakeknya. Warga Cirebon, khusunya warga pesantren dan Nahdliyin, merasa kehilangan,” katanya kepada NU Online. (Abdullah Alawi)
Sumber : NU Online
[divider]
Mamang M Haerudin, KUA Karangwareng, Cirebon
Innalillaahi wa inna ilaihi raji’un. Telah wafat kiai sepuh, guru kita sekalian KH. Amin Siroj, pimpinan Pesantren Gedongan, Ender, Kabupaten Cirebon, Senin, 7/8/’17 jam 04.30 WIB di Rumah Sakit Umum Daerah Cirebon. Untuk yang kesekian kalinya, Kabupaten Cirebon berduka, ditinggal wafat oleh seorang kiai yang alim dan bersahaja.
Pesantren Gedongan adalah salah satu pesantren besar di Kabupaten Cirebon. Selain konsen pada kajian kitab kuning, Pesantren Gedongan terkenal sebagai pesantren yang mampu mencetak banyak para penghafal Al-Qur’an. Karenanya sepeninggal al-maghfurlah, wajar jika para santri dan umumnya masyarakat Pesantren Gedongan, merasakan duka mendalam.
Saya sendiri santri di Pesantren Babakan, Ciwaringin, tetapi setiap momen haul di Gedongan, saya selalu menyempatkan hadir setiap tahunnya. Hampir semua Pesantren di Kabupaten Cirebon ini mempunyai hubungan kekerabatan yang erat satu sama lain. Saya hadir untuk ‘ngalap berkah’ para kiai. Termasuk ketika haul tahun 2017, saya melihat almarhum KH Amin Siroj sudah duduk di kursi roda. Tampak sekali kondisi kesehatannya menurun karena memang usianya telah sepuh.
Meskipun secara fisik menurun, semangat beliau untuk mendidik santri dan terus membangun Pesantren Gedongan tak pernah padam. Dalam kesempatan sambutan setiap momen haul, beliau selalu menampilkan wajah khasnya yang sumringah, mirip sekali dengan wajah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA–yang tak lain adalah keponakannya. Bicaranya tegas, lugas, dan fasih.
Atas kepergian KH Amin Siroj, kita boleh berduka dan bersedih, tetapi tentu tidak berlarut. Kita harus mendoakan beliau agar bahagia dan mendapat kasih sayang Allah Swt. Kita mesti meneladani dan melanjutkan perjuangannya dalam memajukan pesantren. Di tangan almarhum, Pesantren Gedongan berkembang dengan pesat. Al-Maghfurlah adalah inisiator pendirian sejumlah lembaga pendidikan formal di Gedongan. Pesantren Gedongan ditata sesuai dengan laju zaman, menatap masa depan. Para santri terus dibekali sejumlah kecakapan hidup. Pesantren yang kontekstual dengan kondisi zaman. Pesantren Gedongan juga banyak melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk penguatan kapasitas para santri.
Sependek yang saya tahu, Al-Maghfurlah tidak diragukan lagi kealimannya. Beliau mahir dalam disiplin Nahwu dan Sharaf. Beliau juga kreatif mengarang nazham (syair) berbahasa Arab. Kebiasaan membaca nazham karangannya sendiri inilah yang acap kali dibacakan beliau pada saat momen haul. Beliau juga sangat peduli dengan keberadaan NU dan para nahdliyin muda. Beliau kerap menjadi tempat mengadu dan curhat banyak kalangan. Selebihnya, beliau sosok yang bersahaja.
Beruntung almarhum mampu mengkader banyak penerus. Salah satunya adalah putranya sendiri, KH Dr Wawan Arwani Amin, yang kini menjadi Rais Syuriah PCNU Kabupaten Cirebon.
Akhirnya, meskipun secara fisik jenazah almarhum akan dikebumikan, tetapi tidak dengan spirit dan ruhnya. Spirit dan ruhnya akan senantiasa hidup dan mewarnai hati para santri, keluarga dan umumnya masyarakat. Itu semua karena keteladan dan keikhlasan Al-Maghfurlah KH Amin Siroj. Semoga beliau mendapat tempat yang mulia di sisi-Nya.
Wallaahu a’lam.
(Aa/pwansorjabar.org)
Sumber : NU Jabar Online