Menjadi Orang Sukses itu Prosesnya Lama, Perjuangannya Berat
Pimpinan Pesantren Al-Hikamussalafiyyah, H Sa’dulloh, menyampaikan bahwa proses belajar untuk menjadi orang sukses itu butuh waktu lama dan perjuangan berat.
“Proses belajar dan proses mencari ilmu untuk menjadi orang sukses itu memerlukan perjuangan yang berat, panjang perjalanannya, dan waktu yang lama”, kata H Sa’dulloh.
Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan Tasyakur Akhirussanah Yayasan Pendidikan Islam Mohammad Aliyuddin di Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyyah Sukamantri Tanjungkerta Sumedang Jawa, Sabtu (26/6).
Perjuangan mencari ilmu itu tidak hanya terbatas sampai selesai mesantren atau sekolah saja, atau tidak hanya selesai sampai berumah tangga. Tetapi mencari ilmu itu harus terus dilakukan selama kita masih hidup, lanjut H Sa’dulloh.
“Kalau ingin mendapatkan kualitas ilmu, maka proses belajar mencari ilmu itu harus lama”, tegasnya.
Silahkan bacalah biografi orang-orang yang sukses dalam mencari ilmu. Lihat bagaimana perjuangan para kiai, para ulama, tokoh-tokoh bangsa, tokoh-tokoh masyarakat yang telah sukses.
“Kalau melihat orang sukses, jangan hanya kagum saja. Tapi lihat bagaimana perjuangannya dan kalian ikuti”, kata H Sa’dulloh.
Sebagai contoh, menghafal Al-Qur’an sampai lancar itu butuh waktu lama, tidak bisa instan atau cepat. Beres menghafal Al-Qur’an, itu hafalan harus terus dijaga.
Dan proses manjaga hafalan Al-Qur’an sampai betul-betul lancar, itu butuh waktu cukup lama. Perlu istiqomah sampai 18 atau 20 tahun.
“Kalau selesai menghafal Al-Qur’an 3 tahun, terus hafalan itu ditinggalkan, maka akan habis hafalan Al-Qur’an tersebut dan tidak akan lancar-lancar”, ungkap H Sa’dulloh.
Itu baru belajar ilmu menghafal Al-Qur’an saja, belum kalau ditambah belajarnya dengan ilmu-ilmu yang lainnya. Seperti ilmu fiqih, tauhid, falak nahwu, shorof. Belum ditambah ilmu umum yang lainnya. Waktu belajarnya akan membutuhkan waktu lama lagi.
Apalagi kalau mengikuti seperti pengalamannya para kiai dan ulama zaman dulu. Sampai tua pun masih tetap berada di Pesantren belajar kepada guru-gurunya.
Kalau anak-anak zaman sekarang, kadang-kadang baru belajar 3 tahun saja di Pesantren, sudah mau istiqomah diam di rumah. Maunya nikah saja, berkeluarga, dan sudah menganggap selesai mencari ilmu itu.
“Jadi saya tegaskan ulang, lanjutkan mencari ilmu. Rugi kalau mencari ilmu hanya sebentar saja. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang sukses”, tutup H Sa’dulloh. (Ayi Abdul Kohar)