Piala Eropa 2021: Menarik, Penuh Kejutan dan Menguras Tenaga
Rudi Sirojudin Abas – Piala Eropa tahun ini diwarnai dengan banyak kejutan. Ada yang bersipat teknis maupun non teknis. Sangat menarik apabila kita cermati seluruh pertandingannya, terutama pada pertandingan fase gugur. Baik pada fase perdelapan final, perempat final, maupun pada fase semifinal.
Kompetitifnya Piala Eropa tidak menjamin tim-tim besar dengan mudah dapat melenggang ke fase-fase berikutnya. Tim-tim besar bertabur bintang pun satu persatu berguguran di fase knockout. Misalnya, Portugal yang dimotori Cristiano Ronaldo sebagai juara Piala Eropa tahun 2016 tak mampu menunjukkan performa agresifnya, sehingga akhirnya mereka pun kalah di babak perdelapan final oleh tim peringkat satu FIFA Belgia dengan skor 0-1.
Sementara, juara Piala Eropa 1984, 2000, dan Piala Dunia 1998 dan 2018 Prancis harus mengakui keunggulan salah satu tim kuda hitam Swiss dengan skor 4-5 (1-1) melalui adu penalti. Dan yang paling menyakitkan, Prancis justru kalah setelah mereka unggul 3-1, yang kemudian disamakan Swiss dengan skor 3-3. Kekalahan menyakitkan itu pun kemudian diperparah lagi dengan gagalnya pemain andalan mereka Kylian Mbappe dalam mengeksekusi tendangan penaltinya.
Sementara, kejutan lain terjadi pada Belanda. Tim yang pernah menjadi juara Piala Eropa tahun 1988 harus rela mengakui ketangguhan Republik Ceko dengan skor 2-0. Ada pun untuk tim Jerman, sebagai peraih tiga gelaran Piala Eropa (1972, 1980, 1996) dan tim yang paling banyak menembus partai final Piala Eropa (1972, 1976, 1980, 1992, 1996, 2008) harus rela mengakui ketangguhan tim yang sama sekali belum pernah mencicipi juara Piala Eropa yaitu Inggris dengan skor 0-2.
Faktor meratanya pemain, baik dari segi usia, kualitas, serta motivasi dalam bertanding disinyalir menjadi faktor utama terjadinya kejutan pada setiap pertandingan. Sehingga dengan meratanya pemain dari segi usia, kualitas, dan motivasi, boleh jadi Piala Eropa kali ini akan melahirkan juara baru. Tim-tim kecil kelihatannya mampu bersaing dengan tim-tim besar. Hal itu terbukti saat fase knockout. Misalnya tim-tim besar sekelas Prancis, Portugal, Jerman, dan Belanda harus menelan pil pahit kekalahan dari setiap lawan-lawannya, sehingga akhirnya mereka gagal menembus fase-fase berikutnya.
Hal menarik justru terjadi pada tim Denmark. Tim yang pernah menjadi juara Piala Eropa tahun 1992 tersebut secara mengejutkan dan dramatis mampu menembus babak semifinal meskipun di babak penyisihan kalah 1-2 dari Belgia, kalah 0-1 dari Finlandia dan hanya menang satu kali melawan Rusia dengan skor 4-1.
Berbekal produktivitas dalam membuat gol dan mampu finis di peringkat kedua fase group, selanjutnya tim Denmark mampu menunjukkan performa terbaiknya hingga akhirnya mereka dapat menembus babak semifinal berkat kemenangan 4-0 atas Wales dan Republik Ceko 2-1. Begitu pun di babak semifinal, tim Denmark mampu meladeni permainan apik Inggris dan memaksa pertandingan dengan skor imbang 1-1 sehingga pertandingan harus diselesaikan hingga babak tambahan (extra time) 2×15 menit. Namun nasib berkata lain, perjalanan heroik Denmark pun akhirnya terhenti dibabak semifinal setelah kalah dari Inggris dengan skor 1-2 akibat gol penalti Harry Kane pada menit ke 104.
Bila dicermati, Piala Eropa kali ini cukup kompetitif dan menguras tenaga para pemainnya. Terbukti pada saat fase gugur (knockout), dari empat belas pertandingan menuju fase semifinal, tujuh pertandingan di antaranya harus dilakukan melalui perpanjangan waktu 2×15 menit. Ditambah lagi dengan tiga pertandingan yang harus diselesaikan dengan adu penalti yaitu antara Prancis vs Swiss, Spanyol vs Swiss, dan Italia vs Spanyol.
Bila demikian, lalu apa faktor lain yang menjadikan tim-tim dapat bertahan dan mampu mencapai fase knockout, semifinal, maupun final seperti halnya Italia dan Inggris? Jawabannya sederhana: kematangan bermain, konsentrasi, mampu mengolah emosi, dan kemampuan dalam mengendalikan stamina menjadi kunci utamanya.
Menarik menunggu siapa yang akan menjadi juara Piala Eropa 2021 ini. Italia atau Inggris? Akankah Italia menjadi juara sejati dengan kemenangan seratus persennya ataukah justru Inggris yang akan menorehkan tinta emas dengan menjadi juara untuk yang pertama kalinya sejak turnamen ini digelar 60 tahun lalu? Kita tunggu jawabannya. Dan kita nantikan saja hasilnya di partai final Italia vs Inggris.
Kalau penulis boleh memprediksi, hanya tim yang efektif mampu mengolah emosi, menjaga stamina, dan konsentrasi lah yang kemungkinan besar akan menjadi juara pada Piala Eropa 2021 ini.
Semoga! Dan selamat menyaksikan!
Penulis adalah peneliti dan nahdliyin kelahiran Garut
baguuuuus