POLEMIK GERAKAN ISLAM YANG SIA-SIA
Aktivis gerakan Islam jika cermat membaca sirah nabawiyah, akan menemukan bahwa objek perubahan yang hakiki itu adalah hati (shadr). Dari peristiwa pembelahan dada (syaqqus shadr) Muhammad di usia 5 tahun ketika beliau dalam asuhan Halimatus Sa’diyah, sudah sangat jelas isyarat bahwa sebelum membangkitkan umat, hati harus dibersihkan dulu. Hal yang sama, sebelum Imam Mahdi nanti dibai’at, dalam waktu semalam Allah swt memperbaiki hatinya.
Ta’lim, tarbiyah dan tatsqif pada gerakan Islam, baru sebatas thalabul ilmi biasa. Tapi sebenarnya, bukan thalabul ilmi yang dimaksud para ulama, melainkan indoktrinasi doktrin-doktrin harakah kepada para kadernya. Sama sekali tidak menyentuh, membersihkan dan memperbaiki hati para aktivisnya. Kondisi aktivis gerakan Islam tidak berubah, sama saja seperti sebelum mereka mengikuti ta’lim, tarbiyah dan tatsqif.
Seorang tokoh gerakan Islam Ikhwanul Muslimin yang kemudian bertobat dan menjadi mursyid tarekat, Syaikh Said Hawwa di dalam kitab Al-Mustakhlash fi Tadzkiyatin mengatakan “Seseorang pencari ilmu harus memprioritaskan kebersihan hatinya dari akhlak dan perangai buruk. Sebab, ilmu adalah ibadah hatinya. Adalah shalatnya jiwa dan wujudnya taqarrub kepada Allah. Sebagaimana shalat, tidak sah kecuali anggota badan suci dari hadas dan najis, demikian juga thalabul ilmi, tidak sah bila hati masih kotor dengan akhlak dan perangai buruk.”
Buku lain :