Siapa Bilang NU Diam soal Muslim Uighur?
Dalam sebuah laporan Wall Street Journal (WSJ) yang ditulis pada Rabu (11/12) kemarin sejumlah organisasi Islam Indonesia, termasuk Nahdlatul Ulama (NU), disebut dibujuk China agar tidak lagi mengkritik dugaan persekusi yang diamali Muslim Uighur di Xinjiang. Untuk itu, China membayari puluhan tokoh ormas Islam Indonesia, termasuk pengurus NU, untuk berkunjung ke Xinjiang.
Menurut laporan WSJ, para tokoh yang diundang China ke Xinjiang tersebut memiliki pandangan yang berbeda terkait dengan kasus Muslim Uighur. Singkatnya, sebelumnya mereka ‘keras’ terhadap kebijakan China kepada Muslim Uighur. Namun setelah kunjungan, pandangan mereka terhadap China dinilai menjadi ‘lunak’, bahkan cenderung pro kebijakan China.
Di samping itu, lanjut laporan WSJ, China juga memberikan sejumlah bantuan dan donasi kepada sejumlah organisasi Islam Indonesia agar mereka tidak lagi mengkritik. Salah satu bantuannya berupa beasiswa untuk sejumlah mahasiswa ormas Islam Indonesia.
Terkait hal ini, Savic mengamini dan juga membantahnya. Menurutnya, banyak anak NU yang juga mendapatkan beasiswa dari negara-negara Barat dan Timur Tengah, tidak hanya dari China. Oleh karenanya, ia menegaskan bahwa beasiswa tersebut tidak akan mengubah prinsip NU.
“Juga soal beasiswa spt ditulis WSJ. Mmg cukup byk anak NU yg dapet beasiswa di Cina, tp ya tetep lbh byk yg kuliah dan dapet beasiswa di Barat. Lebih byk lg di Timur Tengah. Tp beasiswa tak akan bikin pendirian NU terbeli,” katanya.
Editor: Fathoni Ahmad
Buku lain :