Tentang Zakat Fitrah

Secara normatif, dalam fikih Syafi’iyah, munculnya kewajib zakat fitrah itu saat magrib bulan Syawal (malam takbiran), meski untuk pembayarannya boleh didahulukan (ta’jil al-zakah).
Yang menjadi persoalan, orang seringkali membayar zakat fitrah didahulukan, kemudian sebelum malam takbiran mudik ke kampung halamannya. Misal, membayar zakat di Bandung, kemudian mudik ke Cianjur. Pada saat membayar di Bandung blm ada kewajiban zakat, justeru muncul kewajiban itu setelah di Cianjur (malam takbir).
Dalam kasus tersebut, berarti sebenarnya ia dianggap belum menjalankan kewajiban, karena wajib bayarnya di Cianjur, tapi bayarnya di Bandung. Dalam fikih, ini disebut dgn konsep Naql al-Zakat, yg oleh pendapat masyhur Syafi’iyah dinilai tidak mencukupi zakatnya.
Lantas bagaimana solusinya? Ternyata dalam khazanah fikih Syafi’iyah, ada pendapat Jmam Ibn ‘Ujail yg membolehkan Naql al-Zakat.
Nah jadi, bagi mereka yg memang berencana mudik sebelum malam takbir, sementara zakat fitrah sdh dibayarkan di tempat domisili, maka niatlah mengikuti pendapatnya Imam Ibnu’ Ujail. Supaya zakat fitrah tsb dinilai sah dan mencukupi.

(Hasyiyah Bujayrami ‘ala al-Khatib, III/78)