The news is by your side.

Wajah NU di Ponpes Mubarokulhuda Banjaran

Era globalisasi dan era digitalisasi memberikan dampak tersendiri bagi tumbuh dan kembangnya anak-anak Indonesia. Arus informasi yang tidak terbendung, baik informasi yang positif maupun negatif bisa menjadi efek domino dalam pergaulan para penerus bangsa.

Kehidupan yang heterogen. Banyaknya aliran yang mengatasnamakan Islam. Pergaulan yang mulai bebas. Menjadi tantangan tersendiri bagi Nahdlatul Ulama di kabupaten Bandung.

Ponpes Mubarokulhuda kec. Banjaran menjawab tantangan itu dengan elegan. Melalui pendidikan yang berkarakter dan berdasarkan paham Ahlussunnah wal Jama’ah dalam naungan Nahdlatul Ulama, berhasil memikat masyarakat untuk memesantrenkan anaknya ke ponpes Mubarokulhuda.

Jumlah santrinya sekarang mencapai 1.300 orang. Jumlah yang fantastis bagi Pesantren yang berada di sebuah kota. Dimana pola pikir orang kota agak mengesampingkan pendidikan agama.

Pesantren yang berada dalam asuhan KH. Undang Mukhlas, KH. Abdul Halim dan KH. Ahmad Hariry ini, sering menyarankan santrinya untuk melanjutkan mendalami ilmu agama ke pesantren yang lebih besar seperti Buntet pesantren, Ponpes Cintawana Tasikmalaya, Ponpes Sukahideng Tasikmalaya, Ponpes Sukaguru Tasikmalaya, Ponpes Cipasung Tasikmalaya, Ponpes Lirboyo Kediri, Ponpes Ploso Kediri dan Ponpes Al-anwar Sarang serta pesantren lainnya.

Bagi 3 pengasuh ini Ponpes Mubarokulhuda hanya memberi dasar ilmu agama saja sedangkan keberkahan ada di pesantren yang lebih besar. Ngalap berkahlah kepada kyai sepuh.

Dari sisi akademik pesantren ini sering mengirimkan santrinya untuk mengikuti Musabaqoh Qira’atul Kutub. Dan 3 kali mencapai tingkat nasional.

Alumninya pun banyak yang berkiprah di masyarakat mengembangkan paham Ahlussunnah wal Jama’ah dalam wadah NU. Dan banyak pula yang telah mendirikan pesantren.

Karakter yang dibangun kepada santri adalah cinta kepada ulama dan kyai, menghormati orang tua dan guru. Karakter ini berhasil ditumbuhkan kepada santri ditengah-tengah terjadinya krisis moral terhadap terhadap orang tua dan guru. Dan hilangnya kecintaan kepada ulama.

Diakhir tulisan ini, semoga pesantren Mubarokulhuda semakin berkah dan terus maju dalam mengembangkan paham Ahlussunnah wal Jama’ah ditengah sengitnya paham menjauhkan ulama dan masyarakat dengan semboyan kembali kepada Al-quran dan Hadits.

Baca juga resensi buku lainnya :

  • Terbelit Dalam Kubus Tanpa Batas. Kontak pembelian : 0895-2851-2664. Link resensi, klik.
  • Jejak Perjuangan K.H. Ahmad Hanafiah. Kontak pembelian : 0821 1682 5185 (Sandi). Link resensi, klik.
  • Gerakan Syiah di Nusantara: Anasir Berimbang Sejarawan Muda. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Sejarah Pergerakan Nasional. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Historiografi Islam dan Momi Kyoosyutu. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Jalan Sunyi dan Rambut Gimbal : Sebuah Interpretasi atas Kehidupan Gus Qomari. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.