Bagaimana Konsep Salat Terbentuk?
Achmad Bissri Fanani – Maklum di benak umat Islam bahwa salat merupakan bentuk hubungan vertikal hamba kepada Tuhan. Statusnya sebagai kewajiban, pertanda begitu penting eksistensinya. Bahkan Nabi Muhammad bersabda:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله ﷺ: بُنِيَ الإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Dari Abdullah bin Umar ra. Ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Islam dibangun di atas 5 pondasi. Bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusanya, mendirikan shalat, membayar zakat, haji, puasa ramadhan.”
Syaikh Zainudin Al-Malibari dalam kitab Fathul Mu’in menjelaskan, Nabi Muhammad menerima perintah salat pada laylatul isra’. Tepatnya pada 10 tahun lebih tiga bulan, pasca kenabian malam 27 Rajab. tapi, keesokan harinya salat subuh belum wajib dilaksanakan, lantaran beliau masih belum mengetahui tata caranya .
Oleh sebab itu, Allah pun langsung mengutus malaikat Jibril untuk mengajari Nabi tata cara salat. kisah ini tercantum dalam hadis beliau, sebagai berikut :
عن ابن عباس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:أمني جبريل عليه السلام عند البيت مرتين، فصلى بي الظهر حين زالت الشمس وكانت قدر الشراك، وصلى بي العصر حين كان ظله مثله، وصلى بي يعني المغرب حين أفطر الصائم، وصلى بي العشاء حين غاب الشفق، وصلى بي الفجر حين حرم الطعام والشراب على الصائم، فلما كان الغد صلى بي الظهر حين كان ظله مثله، وصلى بي العصر حين كان ظله مثليه، وصلى بي المغرب حين أفطر الصائم، وصلى بي العشاء إلى ثلث الليل، وصلى بي الفجر فأسفرثم التفت إلي فقال: يا محمد، هذا وقت الأنبياء من قبلك، والوقت ما بين هذين الوقتين (رواه ابو داوود والترمذي)
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda, ‘Jibril mengimamiku shalat di depan pintu Ka’bah dua kali. Dia shalat Dhuhur bersamaku ketika matahari telah tergelincir sepanjang tali sandal. Lalu dia shalat Ashar bersamaku ketika bayang-bayang benda sepanjang benda tersebut. Kemudian dia shalat Maghrib ketika orang puasa berbuka puasa. Lalu dia shalat Isya’ bersamaku ketika mega merah telah hilang. Lalu dia shalat Shubuh bersamaku ketika makanan dan minuman diharamkan untuk orang yang berpuasa.
‘Pada keesokan harinya, dia shalat Dhuhur bersamaku ketika bayang-bayang benda sama panjang dengan benda tersebut. Lalu dia shalat Ashar bersamaku ketika bayang-bayang benda dua kali panjang daripada benda tersebut. Kemudian dia shalat Maghrib bersamaku ketika orang yang berpuasa berbuka puasa. Lalu dia shalat Isya’ bersamaku pada sepertiga malam. Lalu dia shalat Shubuh bersamaku ketika suasana telah terang.
‘Kemudian dia berpaling kepadaku dan berkata: Wahai Muhammad, ini merupakan waktu para nabi sebelummu. Dan waktu tersebut adalah antara dua waktu itu.’” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Pada hadis tersebut, Malaikat Jibril mengajarkan tata cara salat kepada Nabi Muhammad saw. sekaligus mengasih tahu tentang waktu-waktunya. Untuk mengajari Nabi, Malaikat Jibril mengajak beliau salat berjamaah, dengan posisi ia yang menjadi imam, sedangkan Nabi mengikutinya . Dan saat itu pula, Nabi mengajak para sahabat agar melakukan salat bersamanya dengan instruksi supaya mereka salat sebagaimana mereka melihatnya salat. Sabda beliau :
صلوا كما رأيتموني أصلى
“sholatlah sebagaimana kalaian melihatku shalat”
Maka dari situ, tersimpul konsep salat yang terdiri dari rukun, syarat serta kesunahan. Sehingga munculah pengertian salat seperti:
أقوال وأفعال مفتتحة بالتكبير ومختتمة بالتسليم
“Ucapan dan pekerjaan yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam”
Rukun merupakan esensi dari ibadah itu sendiri. Sedangkan syarat adalah step yang harus dilakukan sebelum melakukan rukun serta harus tetap terjaga sampai akhir ibadah . Dari pengertian itu, para Ulama masih berselisih akan beberapa rangkaian salat, apakah itu rukun atau syarat. Seperti niat, ada Ulama yang mengatakan rukun. Ada juga yang mengatakan syarat. Namun, perselisihan tersebut hanya secara penyebutan saja. Karena entah niat dianggap sebagai sarat maupun rukun, keduanya sama-sama harus dilakukan .
Nama: Achmad Bissri Fanani
Status: Maha santri Ma’had Aly An-Nur II