BEJAT! PROPAGANDA KHILAFAH DI SAAT COVID-19 MEWABAH
Oleh sebab khilafah itu hoaks, maka disebarkanlah dengan cara-cara propaganda, bukan dengan cara-cara ilmiah. Propaganda hakikatnya hoaks yang diulang-ulang untuk tujuan politik tertentu. Suatu propaganda biasanya cenderung samar, tidak terikat waktu, tertutup dan dianggap kebenaran mutlak, bersifat umum dan ditujukan untuk mengubah sistem kepercayaan, tidak menekankan kesukarelaan dan melibatkan paksaan koersif, tanpa aturan etis dan mempunyai kepentingan sepihak. (Alip YK, 2017: 31).
Bejat memang, pengurus dan aktivis HTI. Di tengah penderitaan umat dan perjuangan pemerintah menghadapi wabah Covid-19, mereka mengambil kesempatan menyebar propaganda khilafah. Masalah Covid-19, masalah kemanusiaan. Tidak terkait agama, ideologi dan sistem pemerintahan tertentu. Covid-19 tidak mengenal ideologi Islam (Aswaja, Syi’ah, Wahabi), kapitalisme (Amerika, Australia, Eropa) atau sosialisme-komunisme (Cina). Picik amat, kalau Covid-19 dikaitkan dengan ideologi tertentu. Lebih picik lagi, mengharap pandemi Covid-19 menjadi sebab awal mula tegaknya Khilafah Tahririyah.
Seharusnya pengurus dan aktivis HTI bersama semua komponen bangsa berjuang melawan wabah Covid-19. Bisa jadi, ada di antara mereka dan keluarga mereka yang terinfeksi. Jika terinfeksi, apakah Amir Hizbut Tahrir yang akan memberi pertolongan? Pasti bukan. Pasti pemerintah Indonesia yang akan memberi pertolongan. Apakah Amir Hizbut Tahrir akan mengeluarkan anggaran untuk mengobati anggotanya dan keluarga mereka? Tidak akan. Lalu, dimana Amir Hizbut Tahrir ketika anggotanya dan keluarga mereka terinfeksi Covid-19? Apakah Amir Hizbut Tahrir tidak malu, melihat anggotanya meminta pertolongan kepada pemerintah Indonesia yang setiap detik mereka musuhi.
Follow Channel LTNNU Jabar di Whatsapp untuk mendapatkan update artikel terbaru. Klik Link ini >> Channel LTNNU Jabar