HIJRAH Nabi, Dulu dan Fenomena Kini
Oleh Badriyah Fayumi *)
Dulu,
Nabi hijrah itu meninggalkan Makkah yang kejam, memusuhi perbedaan dan tak memberi ruang pada tauhid dan pencerahan.
Dulu,
Nabi hijrah ke Madinah itu membangun peradaban, merukunkan yang bermusuhan, memberi ruang dan penghormatan atas perbedaan, hingga Muslim dan Yahudi pun hidup berdampingan dalam damai di bawah sebuah kesepakatan.
Meski Makkah menorehkan banyak luka, di hati Nabi yang ada hanya rindu dan cinta. Hijrah tak menjadi sekat pembatas untuk tetap menyapa dan mengikat hati dengan Makkah. Hijrah tak menjadikan Nabi dan sahabat tak bergaul dengan kelompok lain karena merasa paling beriman dan berjasa membangun Madinah. Hijrah tak menjadikan Nabi menolak berdialog dengan mereka yang memusuhinya, bahkan tak memasalahkan musuh-musuh nya yang belum mau mengakui risalahnya. Perjanjian Hudaibiyah adalah salah satu buktinya.
Begitulah hijrah Nabi ; tak pernah menjadi penghalang toleransi; tak jadi penghambat komunikasi dengan semua yang berbeda, apalagi pemutus silaturrahim dengan kawan dan saudara.
Hingga saat Fathu Makkah tiba, Makkah pun menerima Islam tanpa ada kekerasan. Semua yang memusuhi dimaafkan, yang bermusuhan didamaikan, dan semua merasa dimuliakan. Begitulah hijrah Nabi ; Mempersatukan. Mendamaikan. Mempersaudarakan. Memanusiakan.
Buku lain :