The news is by your side.

Melawan Stigma, Mengembalikan Lagu Genjer-genjer pada Tempatnya

Melacak Akar Sejarah

Sejarah sebagai sarana edukasi memberikan pelajaran penting bagi kita untuk kemudian nilai-nilainya diinternalisasikan dalam kehidupan; hari ini (present) maupun yang akan datang (future). Juga sejarah sebagai sumber belajar sudah selayaknya bertumpukan pada fakta. Ini yang kemudian hilang dalam sejarah lagu Genjer-Genjer. Lagu Genjer-Genjer dilihatnya dari satu sisi saja–sebagaimana yang digambarkan dalam film Pengkhianatan G 30S/PKI versi Orde Baru. Bagaimana rima itu dilantunkan para Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) sambil mengarak, menyiksa, menyayat-nyayat tubuh para jenderal di Lubang Buaya. Sementara sisi lain tentang (lagu) Genjer-Genjer jarang disebutnya. Maka yang muncul adalah kebencian, dendam, amarah, sumpah serapah, atau macam kata ganti lainnya.

Padahal, dilihat dari sejarahnya, lagu Genjer-Genjer sudah ada sejak zaman pendudukan Jepang di Indonesia. Sebagian ada yang bilang tahun 1942, sebagian lagi tahun 1943. Diciptakan oleh Muhammad Arief, seniman Osing Banyuwangi. Genjer-Genjer adalah ekspresi, kritik sosial, masyarakat Banyuwangi terhadap Pemerintah Militer Jepang. Diambil dari kata Genjer. Jenis sayuran yang sekarang menjadi makanan orang Indonesia. Biasa diurab, ditumis, atau lalap. Memiliki nama latin Limnocharis Flava.

Konon, sebelum pemerintah Jepang menduduki Indonesia, genjer adalah tanaman gulma yang biasa dimakan itik atau hewan ternak lainnya. Ketika Jepang menduduki Indonesia, banyak rakyat yang memakannya akibat kelaparan dan ketiadaan makanan.

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.