The news is by your side.

Nasrudin Joha, Si Jubir Fiktif HTI yang Merasa Jumawa, Siapa Sebenarnya?

Di saat yang sama, NKRI mempunyai “khalifah” yang dipilih tiap lima tahun sekali dengan pemilihan yang bersifat ridla wal ikhtiar, bebas, jujur, adil dan rahasia. Sifat-sifat pemilihan yang disyaratkan oleh syariah. Meski dinamakan Presiden bukan “khalifah”, status Presiden RI absah secara syar’i.

Ketika pengurus dan anggota HTI mengerahkan segala daya upayanya untuk mendudukkan Amir mereka menjadi Khalifah, mereka jatuh kepada perbuatan haram. Tidak boleh ada khalifah kedua. Jika ada bunuhlah. Hadits Rosulullah Saw. :

«إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا اْلآخِرَ مِنْهُمَا»

Jika dibaiat dua orang khalifah maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya. (HR Muslim)

Kepada Nasjo sebagai representasi HTI di dunia maya, dan HTI sebagai sosok Nasjo di dunia nyata, masih ada waktu untuk insaf dan bertaubat. Perjuangan menegakkan Khilafah versi HTI tidak perlu dilanjutkan. Kembalilah ke NKRI. NKRI lebih rajih ketimbang Khilafah versi HTI.

Perjuangan menjadikan Amir Hizbut Tahrir sebagai khalifah, jangan diteruskan. Lebih baik taat dan setia kepada Presiden RI. Jika kalian menolak, kalian sebenarnya bukanlah politisi yang ulung, kalian merasa mutsaqqafun, mufakkirun dan siyasiyun padahal tololnya minta ampun.

Ayik Heriansyah, Bandung, 13/01/2020

Leave A Reply

Your email address will not be published.