Pendidikan : Hukuman dan Disiplin Positif

Ketika siswa telah melakukan pelanggaran, ajak siswa untuk berdiskusi tentang konsekuensinya. Konsekuensi dapat berupa Konsekuensi natural dan konsekuensi logis. Konsekuensi natural artinya siswa dapat merasakan efek perbuatan buruknya secara automatis seperti ketika siswa main bola di depan kaca dan kacanya pecah hingga potongannya menimpa dirinya.

Sedangkan konsekuensi logis seperti: siswa ketika melakukan kesalahan memiliki konsekuensi memperbaiki kesalahannya itu sendiri dengan penuh tanggungjawab. Misalnya ketika siswa mencoret-coret meja maka konsekuensinya membersihkan meja. Jadi memperbaiki kesalahan masih ada hubungannya dengan kesalahan yang dilakukannya.

Bukan seperti ketika siswa melakukan kesalahan mencoret coret meja dihukum push up atau lari mengelilingi lapangan. Atau ketika siswa melakukan kesalahan siswa dapat diminta pendapatnya tindakan apa yang akan dilakukan jika mengulang kesalahan. Dalam hal ini siswa tidak menyalahkan orang lain, siswa juga dapat merasakan konsekuensi logis atas tindakannya.

Kesimpulan: disiplin positif berbasis pada kekuatan internal siswa, membantu siswa dalam melakukan koreksi terhadap dirinya secara mandiri. Pengajaran disiplin positif dilakukan melalui problem solving. Disiplin positif dilakukan dengan tidak mempermalukan anak tapi tetap ramah dan tegas. Disiplin positif bukan balas dendam apalagi dilakukan dengan kekerasan. Disiplin positif tidak hanya mengajak siswa berpikir dan memahami tapi juga membangun kesadaran siswa tentang hakekat dirinya. Melakukan kebaikan merupakan kebutuhan dirinya, bukan karena tuntutan eksternal.

Penulis : Dr. H. Srie Muldrianto,MPd aktivis Pendidikan, Ketua Mahasiswa Ahli Thoriqoh An-Nahdliyah (MATAN) Purwakarta dan Pengurus HIPAKAD (Himpunan Putra-Putri Keluarga Angkatan Darat) Purwakarta.