Pengasuh Pesantren Lirboyo: Jangan Percaya Kelompok Aswaja yang Tidak Akui NU
Kediri, NU Online
Akhir-akhir ini sering terdengar seseorang mengemukakan tidak perlu mengaku Nahdlatul Ulama (NU), asalkan berahlussunnah waljamaah atau Aswaja. Kelompok yang menyatakan pandangan tersebut pada hahikatnya kalangan Wahabi yang patut diwaspadai.
Peringatan ini disampaikan KH M Anwar Manshur usai membacakan kitab Al-Hikam, Kamis (22/3) di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur.
Kepada jamaah yang hadir khususnya para santri dan alumni Pesantren Lirboyo, Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur ini berharap agar mereka memperkuat NU. “Para santri harus waspada terhadap orang yang mengaku-ngaku Ahlussunnah, tapi tidak mau mengakui NU,” katanya sebelum pengajian ditutup. Yang dilakukan kalangan ini adalah menjelek-jelekkan pemimpin NU, termasuk tentu saja NU itu sendiri, lanjutnya.
Menurutnya, mereka ini adalah Wahabi. “Meskipun yang mengatakan dari kalangan NU, orang itu adalah NU yang Wahabi,” katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo tersebut mengajak hadirin untuk memikirkan bersama organisasi NU. “Bukan pemimpinnya, karena pemimpin organisasi ibarat sopir bus. Dan sopir bus bisa diganti oleh siapapun,” ungkapnya. Yang justru harus dilakukan adalah bagaimana memperkuat jam’iyah NU.
“Maka perkuat ke-NU-an kita, jangan mudah terbawa oleh orang yang mengaku-ngaku NU tapi menghancurkan NU, yaitu orang yang mengaku Aswaja tapi tidak mengakui NU,” tegasnya.
Menurutnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia selama ini terjadi adalah karena NU. “Negara-negara Islam Timur Tengah hancur karena tidak adanya organisasi NU,” ungkapnya.
Sebelumnya, Kiai Anwar Manshur menjelaskan Indonesia bukan hanya negara dengan penduduk mayoritas muslim, tapi juga bisa dikatakan paling solid keislamannya. Meskipun muslim di Indonesia sangat plural dan beragam, tapi penduduknya tetap akur dan harmonis.
Beda jauh dengan negeri-negeri di Timur Tengah yang sering dilanda konflik, perang saudara, dan ancaman akidah yang membahayakan. Banyak negara lain pun akhirnya berkiblat dan belajar dari bagaimana keharmonisan Islam di Nusantara.
Hal tersebut, menurutnya bukan hal yang kebetulan. Ada peran NU sebagai wadah Islam di Indonesia dengan masyarakatnya beragam ini. “Sebab, jika kita berkaca pada Arab Saudi, meskipun dikenal sebagai negara Islam, tapi mudah diserang dan dirong-rong. Karena di sana tidak ada organisasi keagamaan yang mewadahi agama Islam,” jelasnya. Sehingga haluan dan visi misi Ahlussunnah yang murni ajaran Rasulullah SAW mudah saja dibelokkan, lanjutnya.
Dalam pandangannya, kuatnya Aswaja di Indonesia karena ada NU. “Kalau di Arab Saudi kuat, tapi tidak ada wadahnya. Ahlussunnah tanpa suatu wadah akan mudah dirusak,” tutupnya dengan bahasa Jawa. (Red: Ibnu Nawawi)
Sumber : NU Online