Rakyat Baik Negara pun Makmur
Kebijakan pemerintah yang baik adalah kebijakan yang berpijak kepada kesejahteraan rakyatnya. Baik pemerintah dari tingkat desa, kabupaten, provinsi sampai tingkat nasional. Kebijakan yang tidak berdasarkan rasa keadilan akan menimbulkan rasa ketidakpercayaan rakyat kepada pemerintah itu sendiri.
Apalagi tingkat korupsi aparat negara, baik ditingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan nasional merajalela tentunya membuat jengah rakyat.
Mengkritik kebijakan pemerintah haruslah dilakukan sebagai piranti dan pengingat pemerintah. Namun memfitnah, mencaci maki, mengumbar kebencian kepada pemerintah adalah sesuatu yang haram dilakukan. Karena bagaimanapun, bagaimana bangsa lain akan menghargai bangsa kita apabila rakyatnya sendiri tidak menghargai pemimpinnya.
Serta yang namanya caci maki, memfitnah dan mengumbar kebencian bukan solusi untuk bangsa ini. Karena semua itu toh akan kembali kepada kita jua.
Kalau penulis menganggap caci maki, memfitnah, dan mengumbar kebencian adalah sebuah doa maka hal itu akan lebih memperburuk bangsa ini.
Lalu bagaimanakah rakyat harus bersikap ? Ulama telah memberikan tuntunan akan hal itu. Seperti yang dipesankan oleh Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad agar umat Islam berdoa agar Allah menjaga lahir dan batin pemerintah untuk bersikap adil, istiqamah, ramah, dan profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai pengabdi dan pengayom bagi warga negara.
مهما كان الوالي مصلحا حسن الرعاية جميل السيرة كان على الرعية أن يعينوه بالدعاء له والثناء عليه بالخير، ومهما كان مفسدا مخالطا كان عليهم أن يدعوا له بالصلاح والتوفيق للاستقامة وأن لا يشتغلوا ألسنتهم بذمه والدعاء عليه فإن ذلك يزيد في فساده واعوجاجه ويعود وبال ذلك عليهم
Artinya, “Jika pemimpin mendatangkan kemaslahatan untuk masyarakat, memerhatikan rakyat dengan baik, rekam jejak yang baik, maka rakyat membantunya dengan doa dan sebutan yang baik-baik/pujian. Tetapi pemimpin yang mendatangkan keburukan dan mencampurkan yang hak dan batil, maka mereka wajib mendoakannya agar ia diberikan kebaikan dan bimbingan untuk konsisten pada jalan yang hak. Mereka tidak boleh mencaci-makinya dan mendoakan keburukan untuknya karena itu akan menambah kerusakan dan penyelewengan kekuasaannya dan semua akibatnya akan kembali kepada mereka sendiri,” (Lihat Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, Ad-Dakwatut Tammah wat Tadzkiratul Ammah, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], halaman 32).
Oleh karena itu, selain upaya dukungan, masukan, kritik terhadap pemerintah, doa warga negara untuk kebaikan lahir dan batin pemerintah cukup penting sebagaimana perkataan Imam Fudhail bin Iyadh, salah seorang ulama di era tabi’it tabiin.
قال الفضيل رحمه الله لو كانت لي دعوة مستجابة لم أجعلها إلا للإمام لأن الله إذا أصلح الإمام أمن العباد والبلاد
Artinya, “Imam Fudhail RA mengatakan, ‘Kalau aku punya satu kesempatan doa yang makbul, niscaya kujadikan kesempatan itu untuk mendoakan pemimpin karena jika Allah membimbing kebaikan seorang pemimpin, maka rakyat dan negeri akan selamat,” (Lihat Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, Ad-Dakwatut Tammah wat Tadzkiratul Ammah, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], halaman 32).
Serta apabila kita menatap Indonesia sekarang perbaikan dibidang pelayanan rakyat mulai digalakkan dimana-mana walaupun belum begitu memuaskan. Banyak pula kepala pemerintah diberbagai daerah di Indonesia yang melakukan inovasi dan gebrakan demi mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelayan rakyat.
Mudah-mudahan hal itu banyak diikuti oleh kepala daerah lain. Sehingga Indonesia dengan segala kekaayaan alamnya. Menjadi negara adil dan makmur sebagaimana tujuan negara ini dibentuk.
Mari kita doakan setiap pemimpin kita baik dari tingkat desa sampai nasional, mereka amanah terhadap jabatannya. Mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelayan rakyat bukan mencari popularitas apalagi untuk memperkaya diri sendiri. amin