Indonesia, antara Islam dan Barat
Pilihan idiologi kita, antara sekuler dan agama dapat menjadi faktor penting, lunaknya sikap kita terhadap datangnya idiologi-idiologi baru. Generasi muda kita yang kurang belajar sejarah, atau bersikap anti-sejarah, mudah sekali jatuh cinta kepada sesuatu yang baru, tanpa pernah memikirkan masa lalu dan masa depan. Indonesia dapat menjadi pasar bebas idiologi, sebab pendidikan dan doktrin idiologi akan diarahkan ke sasaran yang mana dan bagaimana.
Ambiguitas pilihan idiologi kita mengundang dan mengandung kebimbangan. Pola-pola indoktrinasi model Pedoman Penghayatan dan Pengamalan pancasila ( P4 ), dengan semangat, telah dihapuskan oleh generasi era reformasi. Padahal model pendidikan dan penataran P4 sangat urgens untuk penanaman idiologi Pancasila kepada generasi muda. Contoh, tentang pangkal tolak pengamalan P4, adalah pengalaman sejarah dan mengemban tugas ke masa depan; suatu rumusan cerdas dari generasi 70-80- an. Karena tidak ada model seperti P4, generasi muda sekarang bersifat a-historis. Tanyakan kepada mereka tentang hal ihwal yang berkaitan dengan Pancasila, pasti mereka akan bungkam seribu bahasa.
Dengan berbagai kebimbangan tersebut, maka sebaiknya kita harus membuat konsensus baru untuk memilih, apakah kita harus menjadi negara agama, ataukah sekuler. Keduanya akan mempunyai rumusan yang lebih jelas, daripada rumusan idiologi selama ini, sepanjang para pemimpin tidak bisa menjelaskan rumusan secara gamblang dan konkret terhadap rakyat. Sebab idiologi ini akan mempengaruhi tata nilai kehidupan selanjutnya.
Buku lain :