Jokowi dan Metamorfosa Kekuasaan

Toufik Imtikhani, SIP. – Masih ingatkah kita pada saat Presiden Jokowi mempunyai hajat mantu puteri beliau satu-satunya, Kahiyang Ayu dua tahun yang lalu? Tepatnya Bulan November 2017. Kesimpulan apa yang dapat kita ambil dari prosesi hajatan tersebut?
Saya ingin menghidupkan kembali ingatan kita. Bahwa ada hal penting yang dapat kita sedimentasikan sebagai sebuah ke-arifan budaya dan tentu juga politik.
Ada yang mengatakan waktu itu, prosesi pernikahan putri presiden itu bisa mewah dan meriah. Atau seandainya sebagian kolega presiden mengatakan tidak mewah, tetapi pasti meriah. Kemeriahan itu telah disaksikan berpuluh juta pasang mata, baik secara langsung atau tidak langsung melalui media elektronik ( televisi ), dimana hampir semua stasiun televisi menyiarkan secara langsung seluruh prosesi pernikahan, baik ketika di Solo maupun di Medan.
Kesimpulan kemewahan dan kemeriahan prosesi itu hanyalah sebuah kesimpulan yang artifisial. Artinya, ada benang merah yang dapat ditarik dari kemeriahan prosesi pernikahan itu, dan ini sifatnya sangat subtansial.
Yaitu sebuah prosesi pentasbihan Presiden Jokowi, tidak hanya sebagai Presiden, yang secara legal-formil-politik dan administrasi maupun hukum ketatanegaraan adalah seorang presiden, tetapi jjuga secara informal, secara kultural ia seperti seorang raja yang dicintai rakyatnya. Bertahta di hati rakyatnya. Sebuah metamorfosa kekuasaan yang sempurna, dari rakyat-pejabat-presiden hingga seperti seorang raja. Maka Jokowi di masa yang akan datang, pasti akan menjadi legens, legenda dalam sejarah panjang negeri kita.
Buku lain :