Gaung Gerakan ‘Muslim tanpa Masjid’ di Indonesia
Lebih lanjut, dalam pandangan Kuntowijoyo, sosok Muslim tanpa masjid ini mulai berani menampakkan kekuatannya dalam peta perpolitikan Indonesia di awal reformasi. Ketika mahasiswa Muslim dan beberapa mahasiswa lainnya menduduki Gedung DPR/MPR, ada sekelompok mahasiswa Muslim lainnya yang berada di luar gedung DPR/MPR. Saat terjadi peristiwa pengumuman lengser keprabon oleh H.M Soeharto, para mahasiswa semua bersuka cita dan melakukan sujud syukur secara bersama-sama.
Dan ketika dinyatakan bahwa BJ Habibie sebagai pengganti dari Pak Harto kala itu, terjadilah keterbelahan mahasiswa Muslim. Para mahasiswa yang ada di gedung DPR/MPR sontak menyatakan penolakan. Ini yang kemudian membuat Kuntowijoyo bertanya: ada apa dengan mahasiswa Muslim itu?
Sementara itu mahasiswa Muslim dan beberapa ormas lain yang ada di luar gedung ternyata justru menyatakan hal sebaliknya. Mereka mendukung diusungnya BJ Habibie seiring beliau sebagai tokoh yang merepresentasikan umat Islam kala itu. Pergerakan mahasiswa Muslim di luar gedung yang menuju ke gedung DPR/MPR hampir menimbulkan bentrok massa. Namun, hal itu bisa dilerai oleh petugas keamanan sehingga tidak terjadi kerusuhan.
Menariknya, karena saat itu bertepatan dengan bulan puasa, para mahasiswa Muslim yang ada di gedung DPR/MPR ini kemudian merencanakan untuk menggalang kekuatan dan hendak melakukan demo besar-besaran kembali seiring diangkatnya BJ Habibie sebagai presiden. Namun, berhasil dilerai oleh Gus Dur dengan alasan bisa mengganggu kekhusyukan umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa. Akan tetapi, apakah mereka berhenti sampai di situ?
Buku lain :