The news is by your side.

Jerat Hukum Para Pelengser Gus Dur (Bagian 2)

Politisi Nahdliyin Menggugat

Model pelengseran Gus Dur dari kursi Presiden hampir mirip dengan sifat politik keluarga Medici dalam buku Sang Penguasa karya Niccolo Machiavelli. Dalam ceritanya, keluarga Medici merupakan salah satu anggota kelompok aristokrat yang mencoba bermain di air keruh dengan memanfaatkan keresahan sosial untuk merebut tahta dari keluarga Guelphi. Cosimo de’ Medici dengan bekal pengetahuan sejenis psikologi massa dan setumpuk modal uang, berhasil memanaskan kesadaran rakyat kecil.

Begitu pula dengan cerita pelengseran Gus Dur, para pelengser Gus Dur itu bukan orang sembarangan, mereka mempunyai kemampuan untuk memanipulasi psikologi massa dengan cara membuat wacana-wacana Gus Dur tidak mampu memimpin, dan wacana itu cenderung mengandung unsur fitnah. Ditambah dengan kekuatan setumpuk uang mereka melakukan rencana makar (membeli dollar) dan fitnah. Hal ini dilakukan untuk merebut kursi kekuasaan dari kaum nadhliyin. Tidak senang kaum nahdliyin berkuasa maka harus dilengserkan.

Ada perbedaan mencolok dari cerita keluarga Medici dalam merebut kursi kekuasaan dengan HMI connection dalam merebut kekuasaan dari kaum nahdliyin yakni, dalam keluarga Medici memang memanipulasi keadaan namun untuk mempengaruhi suara dalam pemilu yang akan datang. Sedangkan HMI connection memanipulasi suara untuk menjatuhkan tanpa menunggu pemilu dilaksanakan. Model seperti ini merupakan model yang bisa dibilang sangat jahat karena menghalalkan segala cara.

Membaca bukunya Virdika seharusnya politisi nahdliyin melakukan gugatan kepada Negara karena Negara dianggap tidak mau melakukan tindakan atau melakukan permintaan maaf, sehingga Negara bisa dikatagorikan telah melakukan perbuatan melawan hukum. Politisi nahdliyin cukup mempunyai alasan untuk melakukan gugatan tersebut karena Gus Dur merupakan simbol kaum nahdliyin yang martabatnya direndahkan oleh orang-orang diluar nahdliyin, sehingga politisi nahdliyin merasa dirugikan dengan tindakan para pelengser Gus Dur.

Sehingga memunculkan stigma politisi dari kalangan nahdliyin tidak bisa bertindak secara profesional dan bisa saja mendapat stigma politisi amatiran karena tidak mampu membendung tindakan-tindakan jahat. Padahal tugas politisi adalah menghilangkan sifat jahat pada pejabat Negara sehingga kebijakannya penuh dengan kebijaksanaan.

Alasan politisi nahdliyin menggugat selain dirugikan karena tidak mampu melindungi Gus Dur dari perbuatan makar dan fitnah juga diperkuat dengan mekanisme pelengseran Gus Dur yang inkonstitusional.

Leave A Reply

Your email address will not be published.