Memilih Bahagia atau Sedih di Hari Asyura ?
Sangat wajar bila sejarah meninggalnya Sayyidina Husain menyisakan bekas kesedihan. Namun di sana terselip kebanggaan karena beliau meninggal dalam keadaan syahid. Cucu Rasulullah itu menutup masa hidupnya dalam kondisi membela kebenaran sampai titik darah terakhir. Sejarah itu memuat pelajaran-pelajaran berharga. Peristiwa-peristiwa buruk penting untuk diingat, bukan untuk memelihara dendam, melainkan agar tak terulang.
Walhasil, karena berkumpulnya peristiwa sedih dan bahagia sekaligus pada momen Asyura maka—menurut tarekat Bani Alawi—seseorang dianjurkan untuk mengutamakan kebahagiaan, tanpa mengurangi sedikit pun penghormatan pada Sayyidina Husain.
Ustadz Ahmad Mundzir, pengajar di Pesantren Raudhatul Quran an-Nasimiyyah, Semarang
Disarikan dan dikembangkan dari ceramah Habib Jamal bin Thoha Baaqil, Senin, 9 September 2019 di Masjid Al-Huda, Embong Arab, Malang.
Baca juga resensi buku lainnya :
- Terbelit Dalam Kubus Tanpa Batas. Kontak pembelian : 0895-2851-2664. Link resensi, klik.
- Jejak Perjuangan K.H. Ahmad Hanafiah. Kontak pembelian : 0821 1682 5185 (Sandi). Link resensi, klik.
- Gerakan Syiah di Nusantara: Anasir Berimbang Sejarawan Muda. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Sejarah Pergerakan Nasional. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Historiografi Islam dan Momi Kyoosyutu. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Jalan Sunyi dan Rambut Gimbal : Sebuah Interpretasi atas Kehidupan Gus Qomari. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
- Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
- Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.