Negara Khilafah dan Kebencian yang Dipendamnya
Inkonsistensi an-Nabhani muncul. Kitab Nizhamul Islam dihadapkan pada persoalan sikap umat muslim pada sains dan teknologi Barat, yang notabene jelas-jelas produk materialisme. An-Nabhani pun mengelak dengan menawarkan konsep Hadharah (peradaban) versus konsep Madaniyah (produk material peradaban). Hadharah adalah sekumpulan ide, di mana ide-ide Islam sangatlah khas dan berbeda dari ide-ide Barat. Karenanya, umat muslim hanya boleh mengambil hadharah Islam, tidak hadharah Barat (an-Nabhani, Nizham, 2013: 109).
Tetapi, terkait Madaniyah, yakni produk material hadharah, seperti sains dan teknologi, boleh dimanfaatkan oleh umat muslim sekali pun produk Barat. Sebab, produk madaniyah adalah barang netral dan universal. Bukan hak milik bangsa tertentu (an-Nabhani, Nizham, 2013: 110). Artinya, umat muslim, misalnya, boleh memanfaatkan internet, media sosial, dan perangkat digital lainnya, karena sekalipun produk orang-orang kafir Yahudi dan Nashrani.
Dengan kata lain, akidah non-Islam yang melekat inheren dalam diri para saintis, yakni para pencipta sains dan teknologi, menjadi tidak bernilai di mata an-Nabhani. Inkonsistensi an-Nabhani terhadap ide Platonis menjadi tampak, di mana ide merupakan dasar bagi materi. Dan mestinya, jika madaniyah sains dan teknologi itu netral, sistem negara apapun, termasuk sistem khilafah, harus dilepaskan dari ide-ide non material seperti ketuhanan. An-Nabhani berada di persimpangan jalan.
Buku lain :