The news is by your side.

SUDAH 75 TAHUN INDRAMAYU MERDEKA, BAGAIMANA DENGAN INDRAMAYU KITA?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata merdeka mempunyai tiga arti yaitu: pertama bermakna bebas (dari penghambaan, penjajahan dan sebagainya), berdiri sendiri. Kedua bermakna tidak terkena atau bebas dari tuntutan. Ketiga bermakna tidak terikat tergantung pihak tertentu, leluasa (dapat berbuat sekehendak hatinya). Merdeka adalah bebas dari belenggu perbudakan, kebodohan, kemelaratan, kemunduran, dan merdeka dari segala bentuk yang dapat menurunkan harkat dan derajat manusia. Seperti kata Bung Karno perjuangan merebut kemerdekaan itu amat berat, tetapi lebih berat lagi perjuangan mengisi kemerdekaan, kenapa karena kita bukan melawan penjajah tapi berhadapan dengan bangsa sendiri.

Kita sudah 75 tahun merdeka, jadi bolehlah kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan ke diri kita, kalau kita takut jangan-jangan kita belum merdeka.
Apakah selama ini birokrasi kita melayani kita dengan pertimbangan bahwa kita adalah manusia merdeka yang pantas dimuliakan, ataukah justru melayani atasannya karena pertimbangan penghambaan? Kalau kepala sekolah melayani kepala dinas, kepala dinas melayani Bupati karena ketakutan jangan-jangan kita belum merdeka. Kalau kuwu loyal kepada Bupati karena takut bukan karena mengasihi rakyat karena pertimbangan bahwa rakyatnya adalah manusia merdeka maka kita sejatinya belum merdeka.

Apakah pendidikan kita sudah mengangkat kita dari kebodohan? apakah pendidikan kita sudah berkualitas dengan anggaran yang begitu besar? apakah pendidikan kita sudah menjadikan peserta didik menjadi pembelajar? Jangan-jangan kita sedang diarahkan dengan sebuah gerakan besar agar dana yang besar digunakan secara sistematis untuk kelanggengan “kekuasaan”. Jika guru takut dimutasi karena kekuasaan, jika kepala sekolah takut karena kekuasaan, jika kepala dinas tunduk dan patuh karena kekuasaan, bukan karena bahwa peserta didik adalah manusia merdeka maka jangan jangan kita belum merdeka.

Apakah rakyat kita sudah terbebas dari kemelaratan? apakah penikmat anggaran itu tepat sasaran? Jika uang negara banyak dinikmati lewat proses percaloan antara bupati, pejabat dan kolusi pemegang proyek, maka jangan-jangan kerja-kerja kita hanya berorientasi agar bagaimana uang itu habis, bukan untuk kemaslahatan rakyat. Bukan bagaimana rakyat menjadi makin sejahtera tapi bagaimana saya menjadi makin sejahtera (reang mangan sira aja – REMAJA). Jika ketimpangan secara ekonomi begitu jomplang, banyak orang miskin yang tak terurus jangan-jangan kita belum merdeka.

Apakah hari ini kita makin manusiawi? mereka yang nyolong motor tentu bukan karena hasrat pertimbangan rasional ingin kaya. Mereka hanya bertahan sekedar ingin makan. Mereka yang menjadi PSK juga begitu. Apakah kita sudah hadir agar mereka-mereka makin manusiawi, sudah solutif memperbaiki bukan menghina dan membunuh pencuri motor. Sementara perampok uang negara bisa senyum-senyum bahagia.

Seringkali kita kejam terhadap pencuri kroco tapi bangga berselfi dengan perampok uang negara.
Mari kita terus berusaha mengkampanyekan kebaikan, kasih sayang, pengetahuan, kemajuan dan hal hal yang benilai positif bagi Indonesia bagi Indramayu kita tercinta. Kita ingin Indonesia benar-benar merdeka.

17 Agustus 2020 adalah momentum awal agar Indramayu kita benar-benar MERDEKA.WhatsApp Image 2020-08-14 at 08.23.04.jpeg

Penulis
Yahya Ansori

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.