Terjemah dan Penjelasan tentang Syair-syair al Burdah
Fasal 1
أمن تذكـر جيرانٍ بذى سـلم
مزجت دمعا جَرَى من مقلةٍ بدم
Amin tadhakkuri jiiraanin bi Dhii Salami
Mazajta dam ‘ an jaraa min muqlatin bi dami
Apakah karena mengingat para kekasih di Dzi Salam,
Kau campurkan air mata (di pipimu) dengan darah?
(شرح)
هنا قد جرد المصنف من نفسه شخصا مزج دمعه الجاري من مقلته بدم. وهذا كناية عن شدة البكاء وخاطبه مستفهما عن سبب مزج الدمع الجاري من المقلة بالدم. ما هو؟ هل هو من تذكر الجيران؟ وهو المحبوبون المقيمون بذي سلم. تمهيد القراء لفهم معاني البردة الغراء
Penjelasan:
Di sini penyair telah membagi dirinya menjadi dua, dan satu dari keduanya yakni ia selaku pihak yang ditanyakan (kemudian ia kami sebut sebagai penjawab) oleh pihak penanya, menangis dengan menitikkan air mata yang bercampur darah.
Kalimat “bercampur darah” adalah sebuah kiasan untuk menunjukkan betapa hebat tangisnya sang penyair (penjawab). Menyadari akan hal ini penanya bertanya kepada penjawab:
“Mengapa engkau menangis dengan mengalirkan air mata bercampur darah? Adakah itu pertanda akan teringatnya engkau kepada kekasihmu yang berada di Dzi Salam?”
Kemudian pihak penanya bertanya lebih lanjut:
أم هبَّت الريحُ مِنْ تلقاءِ كاظمةٍ
وأَومض البرق في الظَّلْماءِ من إِضم
Am habbatir riihu min tilqaa- i Kaadhimatin
Wa awmadal barqu fidh dhalmaa- i min Idami
Ataukah karena angin berhembus dari arah Kadzhimah?
Dan kilauan kilat di daerah Idham pada malam hari yang gelap gulita?
(شرح)
أم من تذكرك بهبوب الريح من جهة كاظمة الذي يسبب تخيلك أنها حملت روائحه اليك؟ أو من تذكرك بإيماض البرق في الليلة المظلمة من المكان المسمى بإضم الذي يخيلك بديار المحبوب؟. تمهيد القراء لفهم معاني البردة الغراء
Penjelasan:
Sebagai kelanjutan dari sebuah pertanyaan pada sya’ir sebelumnya, yakni “Apakah karena mengingat para kekasih di Dzi Salam, kau campurkan air mata (di pipimu) dengan darah?” ia (penanya) bertanya lagi:
“Ataukah karena hembusan angin yang datang dari arah Kadzhimah, yang menyebabkan engkau berkhayal, seolah-olah hembusan angin itu membawa aroma wangi kekasihmu? Ataukah karena kilauan kilat pada malam hari yang gelap gulita di daerah Idham yang menyebabkan engkau membayangkan rumahnya.”
Dalam hal ini, Muhammad bin Said al Bushiri menunjukkan bagaimana besar cintanya kepada Nabi Muhammad saw di mana ia melukiskan bahwa dirinya adalah orang yang begitu jatuh hati pada seorang gadis. Jika saja ia berpisah, maka kesusahan dan kepedihanlah yang akan ia derita, menangis siang malam sampai mencucurkan air mata bercampur darah. Akibatnya, ia menjadi sakit, kurus serta pucat pasi disebabkan karena terlalu banyak berpikir, kurang makan dan kurang tidur.
فما لعينيك إن قلت اكْفُفاهمتا
وما لقلبك إن قلت استفق يهم
Fa maa li ‘ aynayka in qulta kfufaa hamataa
Wa maa li qalbika in qulta stafiq yahimi
Mengapa bila kau tahan air matamu ia tetap basah?
Dan mengapa pula bila kau sadarkan hatimu ia tetap gelisah?
(شرح)
لما سأل الناظم عما ذكر ولم يرد عليه المسؤول جوابا لأن من عادة المحبين أن يكتموا الحب في أول الأمر بل جرت عادتهم بإنكاره, نزل الناظم المسؤول منزلة المنكر وتعجب من حاله فقال يا منكر الحب كيف الجواب إن قلت لعينيك : إحبسا الدموع ! سالت دموعهما. وكيف الجواب إن قلت : أفق من غفلة العشق؟ هام فيه أليس كل من سيلان الدموع وهيام القلب من آثار الحب؟
Penjelasan :
Ketika penyair selaku penanya bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak segera mendapat jawaban oleh karena pada umumnya para pecinta menyembunyikan perasaan cintanya pada awal-awal percintaannya bahkan lebih dari itu terkadang mereka justru mengingkarinya, maka penanya menganggap pihak yang ditanya sebagai orang yang inkar akan cintanya sendiri serta terheran-heran akan perilakunya hingga terlontarlah perkataan dari pihak penanya:
“Wahai orang yang ingkar akan cintanya sendiri! Bagaimanakah engkau akan menjawab pertanyaan-pertanyaanku sedangkan engkau sendiri tidak mampu menahan air matamu di depanku dan juga tidak mampu menyadarkan hatimu sehingga engkau merana dan menderita? Bukankah kedua hal ini adalah bukti yang sangat nyata akan cintamu yang begitu besar?”
أيحسب الصب أن الحب منكتـم
ما بين منسجم منه ومضطرم
Ayahsabus sabbu annal hubba munkatimun
Maa bayna munsajimin minhu wa mudtarimi
Apakah sang kekasih kira bahwa tersembunyi cintanya.
Diantara air mata yang mengucur dan hati yang bergelora.
(شرح)
لما سأل الناظم المخاطب السؤال المسكت ورجع إلى تغليطه في إنكار الحب, يقول : أيحسب الصب اي أيظن العاشق انكتام المحبة عن الناس وهو ما بين دمع هاطل وقلب مشتعل من نار الحب؟ فحينئذ فإنكار الحب غلط
Penjelasan:
Ketika penanya bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak dapat dijawabnya si penanya menyalahkan cinta dari pihak yang ia tanya dalam hal ini adalah penjawab yang diingkari dan ia berkata:
“Apakah orang yang sedang dimabuk cinta dapat menyembunyikan cintanya di antara tangis dan hati yang membara karena hebatnya cinta yang ia alami? Jika demikian halnya, maka mengingkari cintanya, adalah sebuah kesalahan nyata.”
لولا الهوى لم ترق دمعاً على طللٍ
ولا أرقت لذكر البانِ والعلـمِ
Law lal hawaa lam turiq dam ‘ an ‘ alaa talalin
Wa laa ariqta li dhikril baani wal ‘ alami
Jika bukan karena cinta takkan kautangisi puing-puing rumahnya.
Dan takkan pula kau bergadang untuk mengingat pohon Ban dan gunung (dekat rumah orang yang engkau cintai yakni Nabi Muhammad).
(شرح)
لولا محبتك وهواك لما بكيت على آثار ديار الأحباب ولما ذهب نومك لذكر البان والجبل الكائنين بقرب المحبوب
Penjelasan:
“Kalau saja bukan karena cinta, tak akan mungkin engkau menangisi bekas reruntuhan rumah kekasihmu dan takkan pula malam engkau susah tidur, karena mengingat pohon Ban dan sebuah gunung yang keduanya berdekatan dengan rumah kekasihmu.”
فكيف تنكر حباً بعد ما شهدت
به عليك عدول الدمع والسقمِ
Fa kayfa tunkiru hubban ba ‘ da maa shahidat
Bihi ‘ alayka ‘ uduulud dam ‘ i was saqami
Dapatkah engkau pungkiri cintamu, sedang air mata dan derita
telah bersaksi atas cintamu dengan jujur tanpa dusta?
(شرح)
وكيف تنكر الحب والعشق وقد قامت عليك الأدلة وعدول الدموع والأسقام شاهدة بالحب عليك؟ ولهذا فلا حاجة إلى إنكار
Penjelasan:
“Dan bagaimana mungkin engkau bisa mengingkari cinta yang telah nyata dibuktikan oleh saksi yang adil dan jujur, yakni cucuran air mata dan derita. Maka, oleh karna itu tidak perlu lagi engkau mengingkari cintamu di hadapanku.”
وأثبت الوجد خطَّيْ عبرةٍ وضنى
مثل البهار على خديك والعنم
Wa athbatal wajdu khaţţay ‘ abratin wa dan
Mithlal bahaari ‘ alaa khaddayka wal ‘ anami
Kesedihanmu menimbulkan dua garis tangis dan kurus lemah.
bagaikan bunga kuning di kedua pipi dan mawar merah.
(شرح)
وكيف تنكر حبا بعد ما أثبت الوجد على خديك علامتين ظاهرتين : احدهما صفرة الحدود وثانيهما حمرة قطرات الدموع اليابسة عن البكاء؟ فكل من رآك يعرف الحب من وجهك
Penjelasan:
“Bagaimana kau dapat mengingkari cintamu, padahal begitu nyata dua tanda di kedua pipimu? Pertama: pucatnya wajahmu yang bagaikan mawar kuning. Kedua merahnya air matamu yang bagaikan mawar merah. Sehingga siapapun yang melihatmu akan mengerti dengan benar akan besarnya cintamu yang begitu nampak di wajahmu.”
Ini adalah sya’ir terakhir dari al Bushiri selaku penanya. Berikutnya adalah jawaban dari pertanyaan yang diajukan serta berisi nasehat dari sang penyair.
نعم سرى طيف من أهوى فأرقني
والحب يعترض اللذات بالألمِ
Na ‘ am saraa tayfu man ahwaa fa arraqanii
Wal hubbu ya’ taridul ladhdhati bil alami
Memang! Ia terlintas di dalam mimpiku, hingga aku susah tidur.
Cintaku menghalangiku dari berbagai bentuk kenikmatan karena rasa sakit yang ku derita.
(شرح)
لما اتضح حال المسؤول مما هو عليه من الحب ولم يبق له سبيل إلى الإنكار أقر واعترف بذالك وقال : نعم صدقت على ما نسبته إلي من الحب ولكن لشدة كلفي بمحبوبتي لما رأيت خيال من أهواه في النوم, انتبهت فرقا فجاءني الارق وأتاني ألم الحب من عدم الوصل من المحبوب, فالحب يعترض اللذات اي يدفعها ويزيلها بالألم ويراد باللذات ما كان فيه من النوم والتسلي عن المحبوبين وبالألم ما ينشأ من الحب من شدة الحزن
Penjelasan:
Adapun setelah terang benderang permasalahannya dan tidak mungkin lagi mengingkari besarnya cinta penyair selaku penjawab, maka iapun (penjawab) mengaku dan berkata:
“Benar, apa yang engkau katakan padaku tentang cintaku. Akan tetapi dari besarnya cintaku padanya, maka ketika aku melihat kekasihku di dalam mimpi, aku terbangun ketakutan. Sehingga aku begitu susah memejamkan mata dan hati terasa pedih karena tidak dapat berjumpa dengannya. Memang cinta menghalang-halangiku dari kegembiraan dan kenikmatan.”
Yang dimaksud dengan “kenikmatan” ialah ketenangan dalam nyenyaknya tidur serta harapan untuk berjumpa. Sedang yang dimaksud dengan “pedih” ialah besarnya kesedihan akibat cinta yang penyair alami.
يا لائمي في الهوى العذري معذرة
مني إليك ولو أنصفت لم تلمِ
Yaa laa- imii fil hawal ‘ udhriyyi ma ‘ dhiratan
Minniia ilayka wa law ansafta lam talumi
Wahai para pencaci gelora cintaku! Izinkan aku memohon maaf kepadamu. Namun seandainya kau bersikap adil, niscaya engkau takkan mencela diriku.
(شرح)
يا من يلومني ويعذلني محبة منسوبة إلى قوم من بني عذرة. ولو كان لك إنصاف لم يكن منك ملامة لأن الحب ليس اختياري حتى يلام عليه بل هو قهري ولا يلام إلا على الأمر الإختياري. وبنو عذرة هم قبيلة مشهورة باليمن يؤدي بهم العشق الى الموت
Penjelasan:
“Wahai orang yang mencerca cintaku, yang bagaikan cintanya suku Udzroh! Sebenarnya jika kalian menginsafi (bersikap adil), tak akan engkau mencercaku sedemikian rupa, karena cinta bukan ikhtiar yang kusengaja sehingga patut dicerca. Tapi cinta adalah sesuatu yang datang dengan paksaan. Dan tidak ada hal yang patut dicerca kecuali sesuatu yang memang bersifat ikhtiyar manusiawi.”
Mengenai Bani Udzroh, mereka adalah orang-orang suku Udzroh yang berada di Yaman dan terkenal sebagai orang-orang yang kerap kali cintanya membawa kematian.
عدتك حالي لا سري بمسـتتر
عن الوشاة ولا دائي بمنحسم
‘Adatka haaliya laa sirriibi mustatirin
‘Anil wushaati wa laa daa – ii bi munhasimi
Kini kau tahu keadaanku. Bahkan rahasiaku tidak bisa tertutupi lagi bagi para pemfitnah yang mau merusak cintaku. Sedangkan penyakitku tak juga kunjung sembuh.
(شرح)
أبلغتك حالي ولم تعذرني؟ وكذالك لم يصبك مصيبتي حتى تعلم ما أنا فيه من شدة. ولو أصابتك مصيبتي وعلمت قدر ما أنا فيه, لم تلمني. وبلغتك حالي وسري غير مستتر عن الوشاة اي أن الوشاة عرفوا حالي وسعوا الى إفساد المحبة. وكذالك مرضي لا ينقطع ما دام الحب باقيا ومتعلقا بالقلب
Penjelasan:
“Tidakkah sampai keadaanku kepadamu? dan tidakkah kau mau memaafkan aku? Memang, wajar engkau tidak merasakan apa yang aku rasakan, kecuali engkau mengetahui dahsyatnya cintaku, baru engkau akan dapat memahami dengan baik. Kalau saja kau mengenal cintaku ini, serta merasakan seperti apa yang aku alami, tentu engkau tidak akan mencercaku. Kini semuanya sudah sampai kepadamu, tidak ada rahasia lagi yang tersembunyi. Semuanya sudah terbuka oleh pemfitnah yang akan merusak cintaku. Begitu pula deritaku, tak akan pernah sembuh selagi cinta itu ada dalam kalbu”.
محضتني النصح لكن لست أسمعهُ
إن المحب عن العذال في صممِ
Mahhadtanin nusha laakin lastu asma ‘ uhu
Innal Muhibba ‘ anil ‘ udhdhaali fii samami
Begitu tulus nasihatmu, akan tetapi aku tak kan pernah mendengarnya.
karena telinga sang pecinta tuli bagi para pencaci.
(شرح)
قد نصحتني أيها الناصح نصيحة خالصة لكن من عظم محبتي لست أسمع نصح ناصح فإن العاشق أصم عن استماع نصح العذال كما قيل حبك الشيء يعمي ويصم
Penjelasan:
“Telah engkau nasehati aku dengan ikhlas. Akan tetapi karena begitu besarnya cintaku, aku tak kan pernah mendengar nasehat siapapun. Sesungguhnya telinga sang pecinta tuli dan tidak dapat mendengar nasehat para pemfitnah yang akan merusak cintaku. Sebagaimana kata pepatah: ‘Cintamu pada sesuatu telah membuat dirimu buta serta tuli’”.
إنى اتهمت نصيح الشيب في عذلي
والشيب أبعد في نصح عن التهمِ
Innit tahamtu nasiihash shaybi fii’ adhalii
Wash shaybu ab ‘ adu fī nushin ‘ anit tuhami
Akupun menuduh ubanku turut serta mencercaku.
Padahal ubanku pastilah tulus dalam memperingatkanku.
(شرح)
إني اتهمت كل ناصح حتى اتهمت الشيب في نصحه لي والحال أن الشيب أبعد النصحاء من مواقع التهم اي بعيد جدا أن يتهم. فإن العاذل غير الشائب قد يتهم بالحسد والطمع والغيرة وغيرها والشيب بعيد عن ذالك. وإنما كان الشيب ناصحا لأنه يدل على قرب الأجل وحصول الموت الموجب لاشتغال العبد مما يقربه الى الله زلفى فهو ناصح بلسان الحال
Penjelasan:
“Aku telah menuduh semua penasehat yang ada, sampai pun pada ubanku sendiri. Walau sesungguhnya ubanku itu adalah sesutu yang paling jauh dari loba, cemburu dan kedengkian, tidak sebagaimana pencerca yang lain yang mungkin saja dihinggapi penyakit semacam ini.”
Uban disebutkan sebagai penasehat karena uban menunjukkan dekatnya kematian. Sehingga mengharuskan seseorang untuk banyak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT. Dengan demikian, uban adalah penasehat dalam bentuk perilaku (tidak dalam bentuk ucapan).
Buku lain :
Ijin copas copas Ya Syeh…semoga bermanfaat untuk ummat….AAmiinn
Ijin copas copas Ya Syeh…semoga bermanfaat untuk ummat….AAmiinn
Terimaksih
silahkan… semoga bermanfaat…
Aamiin…Burdahan ditemoat kami setiap malam kamis
Jika ada dalam bentuk PDF nya bolehkan saya memintanya, dikirim via WA
ngga punya kang, tp silahkan copas saja artikelnya. ke depannya, kami akan coba tambahkan fitur donlot ke pdf.. haturnuhun sudah berkunjung…
Jika ada dalam bentuk PDF nya bolehkan saya memintanya, dikirim via WA
Kak, saya ijin simpan, ya.
silahkan… trims ya.. udah berkunjung
Terima kasih dari kami di Jawa Timur atas sharingnya rekan2 LTNNU Jabar..
siap… sama sama, terimakasih banyak sudah berkunjung Kang…
Mohon ijin copas, pak kiyai… 🙏
lanjut… terima kasih sudah berkunjung ya…
Izin copas ya Syekh semoga tambah berkah, Amin yaa robbal Alamin
mangga kang… lanjut..
Izin copas ya Syekh semoga tambah berkah Amin yaa robbal Alamin
siap… lanjut kang..
aslmkm, sdh adakah yg berbentuk PDF