Kolaborasi Sains dan Spritualitas Islam Menyikapi Pandemi Covid-19
Oleh Madzkur Damiri
Keterhentakan masyarakat dunia terhadap pandemi Covid-19 melahirkan banyak diskursus. Dunia kesehatan yang tiada henti meneliti dan berdiskusi mencari formulasi vaksin dan sederet upaya preventif dan kuratif. Penyebaran yang cepat dan massif memaksa para pemimpin membuat kebijakan politik antara lock down, physical distancing atau social distancing. Semua pilihan kebijakan tersebut membawa dampak yang luar biasa di berbagai sektor kehidupan. Dunia ekonomi mengalami resesi, berkibat pada tutupnya banyak perusahaan dan lumpuhnya berbagai sektor usaha. Dunia pendidikan yang terpaksa tutup dan harus mengubah model pembelajaran tatap muka ke moda daring juga memunculkan banyak kegelisahan.
Relasi sosial kemasyarakatan dan ritual keagamaan juga mengalami “realitas baru”. Senyum pada saudara yang merupakan sedekah mulai tidak terlihat karena mulut tertutup masker. Bersalaman dengan saudara seiman yang dapat menggugurkan dosa pun juga dilarang karena ada kebijakan physical distancing. Mudik yang merupakan local wisdom dalam mengimplementasikan ajaran silaturahim secara resmi dilarang pemerintah. Shalat berjamaah dan aktifitas ibadah yang mengundang banyak orang di masjid juga dilarang. Majlis ta’lim, majlis dzikir dan shalawat yang selama ini banyak mewarnai negeri juga harus dihentikan.
Fenomena keberagamaan baru inilah yang banyak menimbulkan perdebatan, baik debat yang bersifat “utopis” maupun yang “logis”. Bahkan kesemrawutan situasi yang ditimbulkan oleh pandemi ini digiring ke wacana eskatologis. Mereka menilai bahwa pandemi ini merupakan tanda-tanda datangnya hari kiamat. Perseteruan argumentatif bukan hanya terjadi antara para “pakar sains” dan “pakar agama”, bahkan sesama pakar sains dan sesama pakar agama saling berebut kebenaran dalam memahami dan menyikapi pandemi Covid-19.
Buku lain :