Kolaborasi Sains dan Spritualitas Islam Menyikapi Pandemi Covid-19
Ayat yang lain juga menjelaskan: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh…” (QS An-Nisa’: 78). Kalau kita mau lari dari kematian dan pembunuhan, maka larinya kita tidak ada gunanya apabila sudah ditaqdirkan mati.
Implementasi dua ajaran Islam tersebut yakni ikhtiar dan tawakkal, dipengaruhi oleh pandangan teologis seseorang. Orang yang menganut “Qodariyah” akan lebih mengutamakan ikhtiar daripada tawakkal, sebaliknya orang yang menganut “Jabariyah” (fatalisme) cenderung bertawakkal mengabaikan ikhtiar. Tapi bagi seseorang yang beraqidah “Ahlussunnah Waljama’ah” akan menganut prinsip “at-Tawaazun” (keseimbangan) antara ikhtiar dan tawakkal. Keduanya harus berjalan beriringan.
Dalam ikhtiar, ada yang sifatnya dlohir dalam hal ini pendekatan saintifik, seperti vaksin (kalau sudah ada), mencuci tangan dengan anti septik atau sabun, memakai masker, social and physical distancing. Tapi ada juga ikhtiar yang bersifat bathin dalam hal ini pendekatannya spritualitas, seperti berdoa (istighotsah) baik sendiri maupun bersama dan melakukan upaya-upaya penolak bala’ (bencana) sebagaimana banyak diterangkan oleh Nabi Muhammad SAW, diantaranya Hadits riwayat Ibnu Asakir dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya apabila Allah ta’ala menurunkan penyakit dari langit kepada penduduk bumi, maka Allah menjauhkan penyakit itu dari orang-orang yang meramaikan masjid”. Hadits ini menurut al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi, dalam al-Jami’ as-Shaghir, juz satu, derajatnya hasan (bagus).
Buku lain :