Membongkar Misteri Sedulur Papat Limo Pancer
Bukan Misteri
Dari epistemologi di atas sudah jelas dan ilmiah, manusia mau beragama atau ateis akan berteman dengan Sedulur Papat atau Kiblat Papat. Sebab, Sedulur Papat inilah yang akan memandu manusia menuju Tuhannya. Orang Jawa sendiri, menjadi Sedulur Papat Limo Pancer sebagai jimat, pakem, aturan, atau pedoman dalam berbagai kehidupan.
Apa wujudnya? Salah satunya filosofi Kiblat Papat Lima Pancer yang diartikan sebagai empat arah mata angin yaitu timur, selatan, barat dan utara sedangkan Lima Pancer yaitu tengah.
Bahkan, orang Jawa sendiri memasukkan itu ke dalam nama-nama hari (pasaran) yang menjadi penentu jodoh, rezeki, dan nyawa manusia. Wujudnya, berupa konsep hari seperti pasaran legi (timur), pahing (selatan), pon (barat), wage (barat), dan kliwon (tengah/pusat).
Misalnya, dalam menanam jagung, ketika tidak mengindahkan konsep ini, bisa jadi mereka puso alias gagal panen. Begitu pula dengan pemilihan hari pernikahan, khitan, pindahan atau membangun rumah dan sebagainya.
Buku lain :
Yang tidak tepat di tulisan tsb adalah Kidung Wahyu Kalaseba, bukanlah karya Sunan Kalijaga, namun sudah dikonfirmasi bahwa itu karya seorang budayawan asal Weru, Sukoharjo, bernama Sri Narendra, yang secara resmi diluncurkan pada Juli 2014.
Bagus
Bagus