Keunikan Kitab Syajarah al-Ma’arif karya Syaikh Izzuddin Abdissalam
Saat saya menyampaikan hal ini di hadapan pak Quraish beliau merasa sangat senang sekali. Kemudian saya mencontohkan seperti Mbah Maimoen dan guru-guru saya lainnya, beliau-beliau tetap mengelola umat meskipun di dunia ini banyak kemaksiatan, sebagaimana kaidah tadi. Inilah salah satu kelebihan dari Syaikh Izzuddin.
Suatu ketika saya mendapat pertanyaan. Ada seorang anak muda yang meninggal karena minum minuman keras oplosan. Singkatnya, beberapa kiai tidak mau datang. Rata-rata kiai tersebut alumni dari bapak saya. Namun saya bilang kalau mereka tetap harus datang. Tetapi mereka bilang, “gus, kan dia meninggalnya karena minum oplosan, begini begini….”.
Akhirnya saya bilang “kamu datang bukan karena untuk anak itu. Memang, mugkin bagi kamu anak itu “mangkelno” (menjengkelkan). Akan tetapi kamu datang demi tegaknya syari’at Islam, bahwa mayit itu harus dimandikan, dikafani, disholati, dan dimakamkan. Kalau kamu tidak datang kemudian ada orang menciptakan kaifiyyah baru dalam mengurus jezanah, maka kita ini akan ikut berdosa.”
Maka apabila kita (orang-orang yang mengetahui) tidak mau datang untuk mengurus jenazah, kemudian ada orang yang fasiq ngasal dalam mengurusnya, maka kita tidak bisa menyalahkan mereka.
Oleh karenanya, dengan dalil ini tadi, kita tetap datang demi tegaknya syariat Islam, bahwa janazatul muslim (apapun dia) harus diperlakukan sebagaimana mestinya. Jadi, kita datang bukan demi anak itu, tapi untuk syariat Islam.
Buku lain :